Usianya baru 19 tahun, manakala ia mulai mencoba bisnis kecil-kecilan. Di tahun 2003, gadis bernama Nilamsari bertekad ingin berbisnis, maka dengan bermodal sebuah gerobak dan uang Rp4 juta, ia membuka outlet kecil menjual makanan hamburger di Surabaya.
Lambat laun, bisnis burgernya mulai kedatangan pesaing-pesaing dengan jenis yang sama. Hal ini membuat perempuan dengan sapaan akrab Nilam ini, lantas berpikir untuk menambah produk dagangannya, tidak lagi hanya burger. Ia pun mendapat ide kebab, setelah pergi ke Qatar.
Nilam pun membawa kebab Qatar itu pulang ke Indonesia dan ia coba mengganti bumbunya dengan bumbu lokal. Setelah melewati trial and error, perempuan kelahiran Surabaya, 25 November 1982 ini, memberanikan diri untuk melemparnya ke pasaran. Bersyukur, kebab yang sudah diubah cita rasanya itu disukai banyak orang.
Sejak itu, Nilam yakin mengganti gerobak burger yang sebelumnya hanya ada satu dan bertambah jadi enam buah, dengan olahan kebab terbarunya. Tak lupa, Nilam menamai brand kebabnya dengan nama Kebab Turki Baba Rafi, tidak lain diambil dari nama anak pertamanya, Rafi.
Jatuh bangun Nilam mendirikan waralaba hingga sebesar ini, patut diacungi jempol. Pasalnya, tahun 2008 Baba Rafi pernah hampir bangkrut.
“Saya pernah punya utang sampai Rp14 miliar. Ini dikarenakan perusahaan tumbuh terlalu cepat, tetapi missed manajemen. Saya juga seperti orang kaya baru beli banyak barang, tapi it’s oke itu namanya pembelajaran, ternyata kalau investasi barang itu harus sesuai dengan kebutuhan company,” kata owner dan CEO PT Sari Kreasi Boga dan PT Baba Rafi Indonesia, Nilamsari, saat berbincang dengan PORTONEWS melalui sambungan telepon, (21/12/2018).
Dari 2008 itu, akhirnya Nilam belajar untuk memperbaiki manajemen dengan merekrut orang yang tepat. Karena pada saat itu, ia merasa kalau dialah yang membangun dan mengerti perusahaannya seperti apa. Namun, ternyata pemikiran tersebut salah.
“Saya mikirnya saya yang bangun perusahaan jadi saya yang mengerti kan, ternyata ngga seperti itu. Saya mulai merekrut orang-orang yang kelasnya multinasional. Sejak itu company bisa balik ke rasio utang normal dalam waktu 1,5 tahun,” ujarnya menceritakan.
Perlahan tapi pasti, Kebab Turki Baba Rafi terus berjalan dan semakin berkembang. Bahkan, cenderung tumbuh secara cepat. Hingga akhirnya dengan manajemen yang baik, Baba Rafi berhasil membuka 1.300 outlet di seluruh Indonesia dan sukses ke mancanegara, ada di sembilan negara. Negara-negara tersebut antara lain, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Sri Lanka, Bangladesh, China, Belanda.
Bisnis waralaba Baba Rafi terdiri dari tiga jenis, yakni gerobak senilai Rp75 juta, meliputi gerobak, bahan baku awal, serta selama lima tahun kerjasama para pebisnis bisa memakai sistem dan brand Baba Rafi. Kemudian, untuk container senilai Rp250 juta dan café seharga Rp300 juta.
Sementara itu, untuk franchise ke luar negeri waralaba yang mempunyain karyawan 400 orang ini, lebih ke master franchise, menjual license untuk kemitraan Kebab Turki Baba Rafi di luar negeri. “Kita lebih menjual sistem kalau di luar negeri. Di luar negeri kita menggunakan pihak ketiga untuk produksi daging, tortilla dan lain-lain,” papar Nilam.
Nah, yang membuat penasaran, berapa lama pewaralaba bisa mendapat keuntungan dari bisnis kuliner yang dianugerahi waralaba kebab terbesar se-ASEAN dalam ajang ASEAN Business Outstanding Award 2017 ini?
“Biasanya kalau orang ambil franchise kurang lebih separuh dari masa kerjasama itu sudah harus balik modal. Biasanya kalau di Baba Rafi itu 1 tahun 4 bulan, 1 tahun 8 bulan, ada juga yang 2,5 tahun bisa balik modal, setelah itu dia bisa menikmati hasilnya,” ucap perempuan yang juga mendirikan organisasi non profit, yaitu Baba Rafi Mentoring dan Womenpreneur.
Dari segi menu pun tidak kalah menarik dan cukup bersaing. Menu andalan Kebab Turki Baba Rafi ini diantaranya, hot dog, burger, dan kebab. Khusus untuk kebab, ada pilihan rasa kebab telur keju, kebab tortilla hitam, tortilla hitam ini menurut Nilam, ia memakai black carco jadi bagus untuk detoksifikasi tubuh. Bila sedang diare atau sedang tidak fit, makan kebab tortilla hitam bagus karena dari arang bambu.
Nilam mengakui, tidak mudah memang melakoni bisnis yang sudah 16 tahun ia geluti ini. Dibutuhkan banyak strategi dalam menghadapi persaingan waralaba sejenis. Seperti diungkapkan Srikandi Franchise Indonesia dari Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) tahun 2017 silam, pihaknya selalu berupaya lebih kompetitif, inovatif dari segi desainnya, R&D nya, makanannya, teknologi, lalu tidak kalah penting adalah menguatkan dari sisi manajemen dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Bahkan, di penghujung tahun ini, Baba Rafi mengeluarkan inovasi baru dan terlihat lebih segar, yaitu Smokey Kebab. Konsep terbaru itu memiliki desain minimalis, up to date, dan cenderung ke arah retro pada desain containernya. Selain itu, ada penambahan menu yaitu rice bowl. Tersedia bagi konsumen yang tidak ingin makan kebab.
“Rice bowl jadi pilihan alternatif bagi orang-orang yang ngga doyan roti tapi pengen makan nasi, kita juga ada nasi kebuli. Range harga produk mulai dari Rp20.000-Rp30.000, jadi masih terjangkau,” ungkap Nilam.
Bisnis waralaba ini bisa menjadi rekomendasi bagi Anda yang ingin beralih profesi sebagai wirausaha. Nilam pun dengan senang hati membagi tips.
Pertama, outletnya sudah lebih dari lima tahun. Kedua, sudah punya lebih dari lima outlet. Sehubungan dengan hal tersebut, Baba Rafi memiliki sistem duplikasi outlet yang sudah berjalan, kemudian punya tim manajemen pusat yang bisa menghandle outlet-outlet yang ada di luar.
Ketiga, sudah terdaftar HAKI, seperti logo dan brandnya. Keempat, legalnya sudah harus ada. Kelima, sudah profit stabil. Itu sama kalau mau ngambil Surat Tanda Pendaftaran Waralaba yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan. Kalau tidak ada syarat tersebut, mereka bisa melakukannya dengan sistem kemitraan atau Nilam biasa menyebutnya business opportunity. Ia menerangkan kalau kemitraan biasanya lebih murah.
Bagaimana, tertarik join dengan Kebab Turki Baba Rafi? (Ratih)