Jakarta, Portonews.com – Bila ngomongin Riau, pasti yang pertama kali terbayang di benak orang: Asap!
Aldo, pemuda asli Riau, merasa sedih. Pasalnya, Riau terkenal akan hutannya yang lebat dan airnya yang segar. “Dulu tuh saya sering camping di hutan, menikmati kicauan burung di pagi hari, siangnya mandi dan nangkap ikan di sungai saking cintanya saya dengan hutan Riau,” ungkap Aldo, dalam petisinya di situs change.org pada Rabu (22/5/2019)
“Sekarang udara segar berganti asap, pohon jadi arang, hujan diganti banjir, air bersih tercemar limbah dan ikanpun ikut mati. Hutan tempat saya bermain dulu makin kritis dan berubah menjadi kebun sawit ilegal,” paparnya.
Dia melanjutkan, “Kita nggak punya banyak waktu lagi sampai hutan benar-benar hilang. Ingin lindungi hutan Riau, akhirnya saya gabung di Jikalahari, organisasi lingkungan di Riau.
Selama di Jikalahari, saya beneran kaget waktu tahu banyak perusahaan sawit yang sering jadi biang kerok kebakaran hutan Riau itu banyak yang nggak punya izin. Alias ilegal!”
Menurut data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ada 1 juta hektar kebun sawit di Riau yang tidak punya izin, dan banyak yang tidak pernah membayar pajak. Dari 24 triliun pajak yang harusnya masuk kas negara, hanya ada 9 triliun. Parah!
Walaupun demikian, KPK sudah mau menertibkan perusahaan sawit di Riau. Tapi tentunya butuh dukungan banyak orang, terutama pemerintah daerah. Kebetulan Gubernur Riau yang baru, Bapak Syamsuar, punya target untuk meningkatkan pemasukan pajak kebun sawit.
“Saya dan Jikalahari mau menajak kalian minta Gubernur Riau dukung KPK untuk tertibkan sawit ilegal. Tandatangani dan sebarkan petisi ini,” tegas Aldo
Dia melanjutkan, “Bantu saya agar Riau lebih terkenal akan lempok duriannya daripada asap kebakaran hutannya. Jangan sampai anak cucu kita hanya bisa dengar dongeng tentang hutan, tapi tidak pernah bisa melihat langsung”.