Wanita mana yang tidak menyukai fesyen? entah itu dari desain, motif atau mungkin bahannya selalu jadi pilihan tersendiri bagi kaum hawa.
Alhasil, fesyen sudah menjelma menjadi gaya hidup dan perkembangannya selalu mengikuti perkembangan tren. Fesyen sendiri akan terasa lebih hidup manakala disesuaikan dengan karakter atau kepribadian orang yang mengenakannya.
Usia mereka masih 31 tahun, tapi tidak menyurutkan semangat untuk terus berkreasi menciptakan sesuatu yang baru dan bermanfaat untuk banyak orang. Lewat karya-karya fesyen, dua sahabat Carline Darjanto dan Ria Sarwono sepakat mewujudkan segala ide dan kreatifitas yang mereka miliki di industri tersebut.
Untuk menuju sukses memang tidak mudah, dibutuhkan banyak pengorbanan. Sama halnya dengan Carline dan Ria, atas dasar kecintaan mereka terhadap dunia fesyen tidak ada yang tidak mungkin dilakukan.
Seperti Carline, sejak kecil ia selalu mendapat nasehat dari orangtua agar kelak ia bisa mandiri, dapat bekerja sendiri. Dia pun melakukan keinginan orangtuanya dan mampu bekerja sesuai kemampuan yang ia miliki.
“Dari SMA sudah suka sama fesyen. jadi, ini kayak dream come true menjalani pekerjaan yang memang saya suka,” kata Carline kepada Portonews usai melakukan press conference 10 Tahun Perayaan Cottonink, di Pacific Place, Jakarta, (3/9).
Awalnya, Cottonink tercipta karena mimpi Carline dan Ria dalam membuat pakaian untuk kebutuhan mereka dan teman-temannya. Tentunya, pakaian tersebut mempunyai ciri khas dan berbeda dari model yang ada di pasaran.
Hingga akhirnya peluang bisnis menghampiri keduanya. Saat itu Presiden Amerika Serikat Barrack Obama sedang ramai diperbincangkan karena ia memiliki masa kecil di Jakarta. Lalu, dengan memanfaatkan nama besar tersebut, jadilah mereka iseng membuat kaos bergambar Obama.
Bisnis kecil-kecilan tersebut dilakukan saat mereka sedang kuliah sambil bekerja. Bahkan, Ria menjadi guru les piano, sedangkan Carline yang merasa harus total menguasai pekerjaannya, ia pernah belajar dunia fesyen secara formal di Lasalle College of Fashion. Kemudian, ia mengawali karir di sebuah perusahaan manufaktur garmen untuk menambah banyak pengalaman di bidang fesyen.
Berkat pengalaman dan ilmu yang sudah ia dapatkan, di tahun 2008 ia memutuskan untuk membuat sebuah brand fesyen dengan label Cottonink bersama sahabat sejak duduk di bangku SMP, Ria.
Mereka mendesain produk-produk yang merepresentasikan perempuan Indonesia penuh rasa nyaman dan percaya diri sekaligus memiliki karakter. Karena itulah Cottonink lahir bukan soal katun dan tinta saja, melainkan juga wujud dari perempuan berkarakter unik dan menarik.
Pertama kali menggeluti bisnis ini, mereka benar-benar mengerjakan sendiri. Setahun kemudian, mereka dibantu oleh orangtua dan asisten rumah tangga. Sementara, dalam menjalani proses menuju kesuksesan rupanya tidak mudah mereka lalui.
Mereka harus bekerja keras, pantang menyerah, dan harus ekstra sabar serta cepat ambil jalan keluar jika produksi kadang tak sesuai dengan keinginan mereka.
Namun, bak gayung bersambut, desain dan kreasi busana keduanya disukai oleh teman-teman mereka. Lalu, diputuskan untuk mencoba berjualan daring, dimana saat itu masih terbatas melalui media sosial Facebook.
10 Tahun dan Terus Berlanjut
Cottonink semakin berkembang dan banyak diminati para pelanggannya. Tak disangka, penjualan lewat situs tersebut semakin meningkat, hingga pada akhirnya mereka membuka tiga toko di mal-mal besar di Jakarta. Bahkan, Cottonink juga rutin berkolaborasi dengan banyak perempuan Indonesia yang memiliki karir sangat baik untuk dirinya sendiri.
“Saya yakin kalau kita tidak punya brand yang baik maka mereka (publik figur yang berkolaborasi dengan Cottonink) juga tidak akan mau bekerjasama. Kita building ini juga pelan-pelan,” ujar Carline selaku Creative Director Cottonink, masih dalam acara perayaan 10 Tahun Cottonink.
Ia mengakui, selama 10 tahun membesarkan Cottonink bersama Ria telah banyak mengalami proses random atau bisa dibilang ada proses menemukan jati diri mereka.
Kini, menginjak satu dasawarsa Cottonink, mereka merasakan perkembangannya sudah jauh sekali. “Memang bukan yang sangat ekstrem (perubahannya), tapi bisa kita lihat dari tahun ke tahun ada hal-hal baru selama Cottonink menemani wanita-wanita Indonesia,” ucapnya.
Ria Sarwono, Brand & Marketing Cottonink mengatakan, sudah empat tahun Cottonink melakukan kolaborasi dengan pageant yang dapat mewakili rasa Indonesia.
“10 tahun merupakan perjalanan bukan buat kami saja, tapi juga buat perempuan Indonesia. Sekitar empat tahun lalu kita berkolaborasi dengan pageant yang bisa mewakili Indonesia. Tahun kesepuluh ini kita dengan bangga menampilkan empat pageant perempuan,” ungkap Ria, di tempat yang sama.
Mereka memahami betul sejatinya diperlukan strategi khusus untuk menarik perhatian para customer, khususnya bagi pecinta fesyen. Kehadiran empat publik figur, Isyana Sarasvati, Raisa, Dian Sastrowardoyo, dan Vanesha Priscella melahirkan keunikan tersendiri dalam setiap desain yang mereka ciptakan untuk Cottonink.
Cottonink sendiri memiliki tiga label khusus diantaranya, Cottonink untuk target pasar 18-25 tahun. Lalu, Cottonink Studio bagi wanita berusia 25-35 tahun. Kemudian, Cottonink Archipelago, yakni label untuk busana dari bahan kain-kain nusantara.
Sementara, di tahun ini terdapat dua label baru, Cottonink Mini, untuk anak usia 3 hingga 5 tahun dan Cottonink Active untuk memenuhi kebutuhan olahraga mengingat gaya hidup sehat sedang banyak diminati oleh kaum urban.
Catatan untuk Cottonink Mini, label ini sudah muncul sejak April tahun ini. Label tersebut terinspirasi dari kehidupan mereka. Meskipun sudah banyak model baju anak di pasaran, Cottonink membuat pakaian dengan konsep berbeda, minimalis, clean, dan lebih keren. Dari sisi bahan pun dipilih yang nyaman di badan anak, tidak memakai bahan panas. Bahkan, untuk memastikan pakaian anak itu aman, Cottonink sudah mempunyai sertifikat SNI.
Keberhasilan bisnis self funding yang mereka geluti hingga menginjak 10 tahun rupanya tidak membuat puas keduanya. Impian mereka memang terlihat sangat mudah, menjadi brand nomor satu bagi wanita modern Indonesia.
Kunci kesuksesan bisnis ini bisa dikatakan sepele, namun ternyata membawa pengaruh besar bagi keberlangsungan Cottonink. Kuncinya adalah selalu bisa mendengarkan keinginan atau keluhan para customer. Dan, perjalanan mereka belum terhenti sampai di sini.