Minyak adalah komoditas yang paling berperan dalam perkembangan peradaban manusia. Dengan minyak, dua penemuan paling fenomenal sebelumnya, yaitu api dan roda, bisa dikembangkan menjadi berbagai peralatan yang memudahkan manusia mencapai tujuannya.
Pertama kali manusia mengenal minyak bumi pada 5000 SM, ketika bangsa Sumeria, Asyiria dan Babilonia (ketiganya di wilayah Irak sekarang) menemukan rembesan minyak. Waktu itu minyak digunakan untuk mengobati luka atau penyakit kulit, serta pembasmi serangga.
Lima ribu tahun kemudian, atau pada abad pertama Masehi, Bangsa Arab dan Persia mulai menyuling minyak untuk menghasilkan minyak bakar. Pada zaman itu pun minyak hanya dipakai untuk membakar atau memasak, alat penerangan, dan senjata ketika berperang. Sebelas abad kemudian, teknologi penyulingan mulai dikembangkan oleh Bangsa Arab di Andalusia, Spanyol.
Baru setelah James Watt (1736-1819) menciptakan mesin uap pada 1781, minyak menjadi komoditas primadona di dunia. Minyak seperti melumasi mesin peradaban manusia bergerak lebih cepat lagi, Revolusi Industri. Karena minyak juga, ratusan peperangan di antara umat manusia terjadi.
Banyak ahli perminyakan mengatakan, era energi fosil akan berakhir dalam waktu kurang dari satu abad ke depan. Karenanya, sejak beberapa dekade lalu berbagai riset dilakukan untuk menghasilkan sumber energi baru dan terbarukan. Terlepas dari tesis tersebut, hingga beberapa dekade ke depan, manusia masih mengandalkan energi fosil untuk menggerakkan mesin-mesin peradabannya. Artinya, minyak dan gas bumi khususnya, masih menjadi komoditas primadona, dan ketersediaannya menjadi simbol ketahanan energi satu negara.
Kegiatan pengelolaan minyak dan gas bumi, khususnya di sektor hulu, sangat identik sebagai pekerjaan yang maskulin, keras, kotor, dan berisiko tinggi. Tapi asumsi itu bukan berarti tanpa pengecualian. Nah, pengecualian itu berlaku untuk Astrid Astari, Mojang Bogor nan geulis kelahiran 2 September 1994.
Salah satu acara dalam perhelatan Forum Komunikasi Migas 2017 di Palembang tanggal 20-30 Agustus lalu, Astrid bersama beberapa karyawan – karyawati dari sejumlah perusahaan hulu migas yang beroperasi di Indonesia, berlenggak-lenggok di catwalk mengenakan pakaian lapangan, lengkap dengan sepatu safety, kacamata dan helm pengaman. Tidak hanya itu saja, mereka juga memperagakan bagaimana cara memadamkan api berkobar, sebagai simulasi kecelakaan yang terjadi wilayah kerja migas.
Astrid, anak kedua dari dua bersaudara pasangan Fatur Rahman dan Linangsari ini sekarang menempati posisi HSE Analyst Onshore Operations di ConocoPhillips Indonesia, sebuah perusahaan kontraktor kerja sama (KKKS) migas terkemuka. Bekerja di perusahaan migas bukan karena kebetulan. Sejak duduk di bangku SMP ia sudah bercita-cita berkarya di industri migas.
“Mungkin kata ‘bekerja’ disini bisa dimaknai sebagai ‘menjadi bagian untuk berkontribusi’ di perusahaan migas, supaya terdengar lebih memberikan nilai kebermanfaatan,” kata Astrid.
Alasan yang menjadi dasar keinginannya bergabung di perusahaan migas, karena terkait faktor tantangan, sistem kerja, kompensasi, dan career path perusahaan migas yang cukup menjanjikan. Menurut dia, di industri migas lebih terbuka peluang untuk meningkatkan keahlian melalui pengalaman berkarir dan menambah ilmu pengetahuan dari para professional migas, serta budaya perusahaan migas multinasional yang berintegritas tinggi.
Memasuki penghujung masa kuliahnya di Fakultas Teknik, Universitas Indonesia Maret tahun 2016, Astrid menjalani program magang di ConocoPhillips. Selama magang, Astrid menangani pekerjaan yang terkait dengan Contractor HSE Management System (CHSEMS). Di akhir masa internship, ia mengembangkan CHSEMS assessment project. Hebatnya, hingga kini karya Astrid masih diaplikasikan di ConocoPhillips.
“Ketika periode internship saya akan berakhir, saya diberikan kesempatan mengikuti rekrutmen di Operations Departement untuk memegang akuntabilitas kontrak pekerjaan analisa kinerja HSE. Alhamdulillah, akhirnya cita-cita dan ambisi saya untuk bisa berkontribusi di perusahaan Minyak dan Gas Multinasional akhirnya tercapai. Perjuangan dan doa saya beserta keluarga membuahkan hasil,” cerita Astrid.
Pada periode awal ia bekerja di perusahaan migas, banyak kerabat yang menyarankan untuk mempertimbangkan lagi keputusannya, mengingat lesunya industri migas karena rendahnya harga minyak di pasar dunia. Namun harapannya untuk menjadi profesional di industri migas Indonesia terlalu kuat untuk ditepiskan. Berdasarkan konsiderasi akan kapasitas dan kababilitasnya sebagai fresh graduate, membuatnya makin yakin dengan bidang yang sudah dipilihannya.
Setelah ia bergabung dengan perusahaan migas, Astrid diminta memaparkan makalah mengenai Improvement Database System. Saat itu perusahaan tengah membutuhklan staf yang mengusai HSE Database System. Tidak menunggu lama, Astrid langsung ditugaskan di Suban, Jambi Selatan sebagai HSE Advisor.
Salah satu tugasnya merekap semua data di lapangan untuk dimasukan ke dalam database system. Kini ia tengah mengembangkan beberapa program database system, untuk meningkatkan efektivitas sekaligus mengintegrasikan database dari seluruh lapangan kerja migas on shore ConocoPhillips Indonesia.
Astrid mengingatkan, salah satu yang harus dilakukan oleh perusahaan migas adalah bisa mengenal masyarakat di sekitar wilayah kerja. Bagaimanapun mereka adalah tuan rumah di wilayah itu. Konsekuensinya, semua kegiatan pengelolaan migas tidak boleh mengusik keberadaan mereka sebagai satu entitas sosial dan budaya. Sehingga, sudah sewajarnya, jika perusahaan migas menampung tenaga kerja dari masyarakat sekitar, untuk jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.
Lingkup pekerjaan yang ia tekuni saat ini, membuat analisis kinerja HSE Onshore Operations dan keterkaitannya dengan upaya penurunan angka kecelakaan kerja, yang aligned dengan peningkatan sistem keamanan dan keselamatan kerja migas.
Perlu diketahui bahwa aspek Health, Safety, Environment, antara lain mengetahui operating system migas yang terdiri atas aktivitas-aktivitas yang beresiko tinggi (high risk), telah menjadi fokus utama yang perlu di-maintain secara ketat oleh perusahaan migas. Lingkungan kerja yang kondusif akan mendukung terciptanya keselamatan dan kesehatan kerja, terpeliharanya sumber produksi, dan tercapainya produktivitas kerja yang tinggi.
Astrid menyadari kalau bekerja di perusahaan yang bergerak di kegiatan hulu migas, bisa ditempatkan di remote area yang jauh dari keramaian. Tapi baginya, itu bukan hal yang menakutkan, malah menantang untuk dijalani untuk mendapat pengalaman sebagai seorang pekerja migas profesional. Pada dasarnya ia menyukai tantangan. Semakin menantang satu pekerjaan, semakin kuat curiosity Astrid untuk mencoba dan mengatasinya.
“Bagi saya bekerja di industri migas sudah menjadi keinginan dan passion. Bahwa ada persepsi, itu pekerjaan maskulin, ya. Tapi saya percaya, sesama pekerja migas selalu saling mendukung. Mereka (laki-laki) juga mempunyai toleransi gender, saya selalu dilindungi,” papar Astrid.
Mengenai pekerjaan migas dengan tingkat risiko yang tinggi, Astris memaparkan tesisnya, perempuan memang secara general identik dengan ruang ber-AC sebagai zona nyaman dalam bekerja. Tapi ada kalanya perempuan harus keluar dari zona aman untuk semakin mengasah daya resiliensi dan adversitas. Karena menurutnya, pengalaman bisa datang dari manapun, dan dari siapapun.
“Passion saya untuk bekerja di lapangan mungkin berangkat dari hobby dan kegiatan yang ia nikmati, yaitu mendaki gunung, backpacker travel, motor trail adventure, paragliding, dan kegiatan outdoor lainnya,” ujarnya.
Baginya, bekerja di lapangan, berkoordinasi langsung dengan orang-orang hebat di lapangan, merupakan bentuk inklusi bahwa perempuan dapat diterima dengan baik di tengah lingkungan pekerjaan yang identik dengan kaum laki-laki, dan itu menjadi pengalaman yang berharga. Astrik mengaku, sangat banyak ilmu yang diperoleh, baik ilmu-ilmu teknis maupun non teknis yang tidak ia dapatkan di bangku kuliah.
“Kembali lagi, paradigma saya dalam bekerja saat ini adalah untuk mencari pengalaman dan menimba ilmu sebanyak mungkin.”
Ia mengatakan, ke depan ia memiliki visi misi untuk melanjutkan career path dan studi pasca sarjana, mengimplementasikan kegairahan kaum muda dalam mengejar mimpi setinggi-tingginya dengan proses pencapaian secara vertikal dan horizontal. Semua itu ia niatkan untuk selalu bermanfaat bagi banyak orang.
Industri Migas Indonesia
Astrid berpendapat, sektor migas adalah aset yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, memberikan nilai tambah bagi masyarakat yang pada gilirannya akan mereduksi kesenjangan dan mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Tapi ia juga menyadari bahwa industri migas Indonesia tengah mengalami slowdown, tingkat produksi minyak khususnya, sudah jauh di bawah tingkat konsumsi, dan cadangan migas Indonesia semakin menipis.
“Di sinilah perlunya intervensi pemerintah untuk membuat terobosan guna meningkatkan cadangan migas dalam tahun-tahun mendatang,” tegasnya.
Menurut dia, Indonesia harus mengambil manfaat dari kehadiran perusahaan-perusahaan migas multinasional di Indonesia, antara lain mendorong alih teknologi, serta menciptakan iklim budaya perusahaan yang professional. Untuk menarik para investor migas ke Indonesia, diperlukan kebijakan fiskal dan insentif pajak yang lebih menarik dan kompetitif.
Menipisnya cadangan migas, bukan hanya dialami Indonesia, tapi juga dunia. Tapi ironisnya satu dekade terakhir harga minyak terus merosot. Banyak perusahaan minyak yang gulung tikar. Meskipun, rendahnya harga minyak saat ini lebih disebabkan ‘perang minyak’ antara negara-negara Arab dengan Amerika yang mulai memproduksi gas serpih (shale gas) secara komersial, sebagai bahan bakar alternatif.
Secara pribadi, ia tidak khawatir. Astrid yakin industri migas akan kembali rebound. Begitu juga dengan masa kontrak kerja sama ConocoPhillips yang akan habis pada tahun 2023.
“Saya yakin Pemerintah akan memperpanjang kontrak dengan ConocoPhillips, baik untuk wilayah kerja migas yang existing maupun yang baru. Tapi pada prinsipnya, kalaupun tidak lagi bekerja di perusahaan sekarang, saya siap bekerja di perusahaan manapun,” katanya.
Tentang Oil Spill
Tumpahan minyak terjadi karena berbagai kecelakaan dalam aktivitas migas, seperti pengeboran, proses transfer, atau kecelakaan dalam transportasi. Minyak yang tumpah menjadi sumber pencemaran baik di darat maupun di laut.
Sebagai HSE Analyst Onshore Operations, Astrid mengingatkan, dampak langsung dari tumpahan minyak, adalah rusaknya lingkungan laut, sungai, atau daratan. Khusus tumpahan minyak yang terjadi di laut, jika tidak segera ditanggulangi akan mengakibatkan rusaknya ekosistem pesisir, seperti terumbu karang, mangrove, dan padang lamun yang merupakan sumber nutrien utama bagi biota laut.
“Juga terhadap organisme laut lainnya yang diakibatkan oleh toksisitas sub-lethal hingga toksisitas lethal, dan rusaknya lingkungan laut seperti yang terjadi di Laut Timor akibat tumpahan minyak Montara pada tahun 2009 silam,” kata Astrid.
Selain itu, lanjutnya, tumpahan minyak juga mengakibatkan kerugian besar bagi negara dan kontraktor, berupa biaya penanggulangan yang harus ditanggung. Maka dari itu, diperlukan keterlibatan para stakeholder kegiatan hulu migas yang berada di bawah manajemen pemerintah, dalam mencegah dan menciptakan kesiagaan penanggulangan yang terpadu dan komprehensif.
“Dalam konteks ini yang terpenting bagi industri migas adalah mengedepankan aspek keselamatan (termasuk lingkungan hidup) yang dimulai dari mitigasi perlindungan terhadap people, environment dan asset, hingga perencanaan long-term assurance operating integrity untuk mencegah terjadinya tumpahan minyak,” papar Astrid.
Last Speech
Kepada kaum muda Indonesia, Astrid ingin share pemikiran dan pengalaman. Setelah lulus kuliah dan dituntut untuk menentukan pilihan karir pekerjaan ke depan, umumnya muncul rasa takut atau khawatir. Semua orang punya mimpi, harapan, cita-cita yang terbalut dalam ambisi dengan kapasitasnya masing-masing. Ia menyarankan, jangan pernah ragu untuk mencapainya, selama memang positif dan bisa memberikan manfaat untuk diri sendiri dan banyak orang.
Pencapaian adalah tentang proses, bukan hasil akhir yang instan. Proses pencapaian yang dijalani melalui hubungan sesama dan The Supreme being, berpegang pada prinsip positifitas hidup, berjuang dan berdoa agar diberikan yang terbaik.
“Karna akan selalu ada tempat bagi mereka yang berjuang,” kata gadis yang mengaku belum punya pacar ini.
Astrid mempunyai tokoh idola yang menginspirasi, dialah Menteri Keuangan, Sri Mulyani, sosok perempuan brilliant dengan pengaruhnya yang luar biasa di Indonesia, juga dunia. Adapun perempuan pertama yang menjadi Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, di mata Astrid adalah figur yang mampu meningkatkan kepercayaan dirinya, bahwa perempuan juga capable untuk bergelut di sektor minyak dan gas.
Dalam 15 atau 20 tahun mendatang tantangan sektor migas Indonesia dipastikan akan semakin berat. Cadangan migas semakin menipis, persaingan bisnis migas makin ketat, plus situasi ekonomi global yang mungkin semakin tidak pasti. Tapi, masyarakat tidak perlu khawatir, karena Indonesia mempunyai banyak sumber daya manusia unggul di sektor migas, sekaliber Sri Mulyani atau Karen Agustiawan yang akan mengatasi berbatai tantangan tersebut, salah satunya adalah Astrid Astari.