Jakarta, Portonews.com – Media sosial selalu menjadi tempat bagi mereka untuk mengembangkan ide dan kreatifitas. Bahkan, dari media sosial banyak melahirkan kisah orang-orang hebat. Para orang hebat ini cenderung tidak nampak dalam sorotan, mungkin karena mereka bukan siapa-siapa, tak layak jadi pokok berita yang terus menerus, bukan sentral permainan, sebagian muncul di berita-berita, namun tertutup warta lainnya.
Kisah hidup serta kemampuan bertahan dalam berbagai macam keadaan dari pejuang-pejuang hidup tersebut lantas dikisahkan dengan sangat menarik dalam buku Nyala Nyali, seri ke-8 dari buku #sayabelajarhidup karya S. Dian Andryanto.
Antara lain, kisah Joni, bocah yang memanjat tiang bendera saat Merah Putih tak dapat dikibarkan, juga tentang si kembar Lena Leni yang berjuang demikian sulitnya sepanjang hidupnya sebelum menjadi atlit sepak takraw andal yang mengharumkan nama Indonesia di pentas Asian Games 2018 beberapa waktu lalu, dan masih banyak lagi kisah-kisah hidup inspiratif hadir dalam buku ini.
“Semangat itulah yang dimunculkan dalam buku #sayabelajarhidup ke-8 Nyala Nyali ini,” kata Dian, saat peluncuran bukunya di Museum Seni Rupa dan Keramik, Jakarta, (16/12/2018).
Semangat dalam hidup, bersyukur dalam segala keadaan menjadi benang merah dari seri #sayabelajarhidup sejak diluncurkan pada 2015 yakni, Empati, Simpati, dan Harmoni. Kemudian, di 2016, Matur Suksma dan Simfoni. Lalu, 2017, Asmaradhana dan Pita Garuda di awal Januari 2018.

Buku-buku #sayabelajarhidup yang memuat sebagian besar tulisan dari status facebook pria yang akrab disapa Dian ini, mendapat apresiasi dari pembacanya, terutama komunitas #sayabelajarhidup di berbagai daerah di Tanah Air.
Selain itu, hadir pula buku ke-9 #sayabelajarhidup Nusantara Berkisah. Buku ini tidak hanya berisi esai-esai penulis, melainkan juga esai karya 30 penulis dari berbagai daerah. Semua mengisahkan tentang semangat hidup dan cinta Tanah Air.
Tak kurang dari 87 penulis dan lebih dari 200 tulisan masuk penilaian dalam waktu tiga pekan sejak diumumkan.
“Pemilihan berdasarkan jenis tulisan, banyak yang masuk ke kita seperti puisi, pantun, bisa bagus tapi bukan seperti esai yang kita maksud. Dilihat benang merahnya sama ngga, saya menugaskan para penulisnya mengekspresikan dengan gaya tulisan masing-masing,” ujar Dian, ketika ditemui Portonews usai acara.
30 penulis itu berasal dari Ambon, Larantuka, Bali, Wonosobo, Kebumen, Jakarta, guru di perbatasan, Medan, serta beberapa daerah lainnya.
Karya S. Dian Andryanto ini dapat diperoleh melalui direct langsung dengan menghubungi WhatsApp Langgam Komunika (0817758560). Dua buku dibanderol dengan harga Rp100.000.