Pembangunan kota harus berorientasi pada satu sistem ekonomi yang lebih besar. Misalnya, bagaimana sebuah kota yang sudah tertata bisa menjadi tujuan wisata yang memberikan manfaat ekonomi bagi warganya. Lalu, apakah pengembangan kota-kota di Indonesia juga mengarah ke sana?
Mengenai hal itu, Gamal mengatakan, penataan kota bukan hanya harus berorientasi pada pembangunan ekonomi yang lebih besar, bukan hanya iya, tapi harus. Karena mengacu pada model-model yang diterapkan di kota-kota di negara-negara maju, kota yang dibangun memang dirancang sebagai mesin uang bagi negara.
“California di Amerika Serikat itu adalah satu negara bagian yang secara ekonomi jauh lebih kaya daripada Jepang sebagai satu negara. Alasannya, California lebih kaya karena punya banyak kota. Pertumbuhan ekonomi lebih banyak di kota itu, menumbuhkan kota adalah strategi besar untuk menumbuhkan ekonomi,” kata Ahmad Gamal.
Kedua, apakah di Indonesia bisa seperti itu? Gamal berkeyakinan bahwa Indonesia sangat bisa. Karena fenomena-fenomena itu sudah terlihat. Dalam era desentralisasi sekarang ada banyak kota yang tumbuh, dan pertumbuhannya mendorong peningkatan pendidikan warganya, memberikan kesempatan ekonomi yang lebih banyak, dan seterusnya.
Meski sistem pemerintahan sudah menganut desentralisasi, namun sentralisasi di sektor ekonomi itu belum terpecahkan. Akibatnya, semua orang dari Aceh sampai Papua bercita-cita ke Jakarta untuk mendapatkan kesempatan ekonomi. Akibatnya, terjadi penyebaran sumber daya manusia unggul yang tidak merata di seluruh Indonesia. Kota-kota di daerah hanya mendapatkan sumber daya manusia yang kurang kompetitif.
Ada ilustrasi yang bisa menjelaskan persoalan tersebut. Amerika tumbuh karena mengeluarkan banyak sekali uang pada era Perang Dunia II dan Perang Dingin. Ada banyak dana riset yang dikucurkan untuk keperluan militer, dan dari situ ada banyak sekali spin off.
“Maksud saya begini, Motorola tadinya mengembangkan radio yang lebih kecil untuk keperluan militer agar tentara masing-masing bisa pegang. Lalu kemudian spin off-nya menjadi sebuah handphone. Dari banyak riset militer itu ternyata ada banyak yang bisa dikomersialisasi untuk publik,” kata Gamal.
Tentu saja deskripsi itu bukan mendorong untuk perang, tapi ketika negara mengalokasikan dananya untuk riset, maka terbuka peluang-peluang ekonomi yang bisa dikonversi menjadi industri. Ke depan, basis industri adalah lembaga-lembaga riset teknologi.