Awal Agustus lalu, Alibaba, raksasa e-commerce asal China, menandatangani nota kesepahaman untuk mendapatkan sebagian saham Tokopedia dengan menanamkan modal senilai US$1,1 miliar di perusahaan e-commerce terbesar Indonesia tersebut. Langkah itu sebagai aksi korporasi Alibaba untuk terus melebarkan sayap bisnisnya ke Asia Tenggara.
Sebelumnya, Tokopedia disebut-sebut telah menyepakati aliansi bisnis dengan investor China. Dikabarkan, selain dengan Alibaba, Tokopedia juga menjajaki kerja sama dengan JD.com, sebuah perusahaan yang menjadi rival Alibaba di China.
Namun masuknya Alibaba ke marketplace milik William Tanuwijaya tersebut, sekaligus mematahkan isu yang beredar mengenai rencana akuisisi Tokopedia oleh JD.com. Isu akuisisi tersebut berembus sejak Mei 2017, kendati nilai valuasi untuk pembelian saham itu senilai US$1,1 miliar atau sekitar Rp14 triliun tersebut tidak diumumkan. Namun CEO Tokopedia, William Tanuwijaya menyatakan bahwa Alibaba hanya menjadi pemegang saham minoritas, jadi bukan akuisisi.
’’Jadi, dengan ini saya katakan, semua isu itu tidak benar. Kami tidak pernah berencana membangun perusahaan untuk dijual. Perusahaan kami baru bertumbuh dan perjalanan kami masih sangat panjang,’’ tutup William.
Dengan demikian, jika suntikan modal sebesar US$1,1 miliar dari Alibaba hanya mendapatkan saham minoritas, maka bisa dipastikan nilai pasar atau market cap value dari Tokopedia sudah lebih dari US$2,2 miliar atau Rp30 triliun. Tokopedia didirikan pada tahun 2009, mengoperasikan marketplace yang memungkinkan pengecer kecil dan merek besar menjual produknya di Indonesia.
“Kami selalu menganggap Alibaba sebagai guru dan teladan kami. Hari ini, kami sangat antusias menyambut mereka sebagai pemegang saham dan kami percaya bahwa kemitraan kami akan mempercepat misi Tokopedia, untuk mendemokratisasi perdagangan melalui teknologi,” ujar William Tanuwijaya.
Kemitraan dengan Alibaba, kata William, akan meningkatkan skala dan kualitas layanan Tokopedia kepada para pelanggannya, sekaligus memudahkan para pedagang dan mitra Tokopedia untuk melakukan bisnis di seluruh nusantara.
William menegaskan, dana yang diperoleh akan digunakan untuk membangun pusat riset. Ia bercita-cita menjadikan pusat riset tersebut sebagai pusat penelitian ekonomi digital terbaik dan terbesar di Asia Tenggara.
Selain itu, dia ingin mengakselerasi pertumbuhan lebih dari dua juta pedagang dan membangun lapangan pekerjaan baru. ’’Kami ingin setiap orang bertumbuh secara ekonomi tanpa harus melakukan urbanisasi,’’ tuturnya.
Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil di kisaran 5% per tahun diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ketiga di Asia. Ini menjadi salah satu faktor penting dalam menggaet investor besar. Manajemen Tokopedia mengemukakan, sejumlah investor asing yang belum diungkapkan identitasnya, juga turut ambil bagian dalam menyuntikkan modal ke Tokopedia.
Setelah delapan tahun berdiri, Tokopedia kini menjadi salah satu e-commerce terbesar di Indonesia. Per bulan, ada lebih dari 35 juta orang mengunjungi website Tokopedia, dengan total kunjungan 150 juta kali. Total karyawan yang bekerja di perusahaan ini sudah mencapai 1.500 orang.
Sementara CEO AlibabaGroup, Daniel Zhang menuturkan, pihaknya dan Tokopedia memiliki kesamaan visi untuk membantu UMKM dalam kesuksesan usahanya.
’’Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Tokopedia untuk melayani masyarakat Indonesia,’’ tutur Zhang.
Baru-baru ini, sebuah laporan yang ditulis oleh Google meramalkan bahwa belanja e-commerce tahunan di kawasan Asia Tenggara akan melonjak dari US$5,5 miliar pada tahun 2015 menjadi US$88 miliar pada tahun 2025. Diperkirakan separuh dari pendapatan tersebut berasal dari Indonesia, yang merupakan negara terbesar keempat di dunia.
Setahun lalu, e-commerce milik taipan Jack Ma itu mengakuisisi saham marketplace Lazada senilai US$500 juta. Dengan demikian, total investasi Alibaba di Lazada sudah mencapai US$1 miliar, atau Rp13,3 triliun.
Baca juga: Leader-Shift di Era Digital