Tabrakan kapal kembali terjadi di Selat Malaka. Senin, 21 Agustus 2017 pukul 04.24 WIB, kapal perang Amerika Serikat jenis Destroyer, USS John S. McCain yang akan stop over di Pelabuhan Singapura, dalam pelayarannya menuju Laut China Selatan bertabrakan dengan tanker berbendera Liberia, Alnic MC yang berlayar menuju Samudra Hindia.
Akibatnya, lambung kiri USS John S. McCain robek dan 10 marinir Amerika yang sedang berada di dek terhempas ke laut. Sejumlah awak kapal perang yang terluka segera diterbangkan ke rumah sakit di Singapura.
Hingga Rabu, 23 Agustus 2017 baru tujuh korban yang ditemukan dalam keadaan tewas. Sementara tiga lainnya masih dalam pencarian regu penyelamat Indonesia, penjaga pantai Singapura dan Angkatan Laut Amerika Serikat yang mengerahkan sejumlah helikopter. Upaya pencarian akan dilakukan satu minggu setelah kejadian.
Dalam keterangannya, Angkatan Laut Amerika Serikat mengatakan, kapal USS John S. McCain dengan nomor lambung DDG-56 sedang berlayar melintasi Selat Malaka dan bersiap untuk merapat di Singapura, ketika menghantam sebuah kapal tanker Alnic MC berbendera Liberia. Tabrakan tersebut merobek lambung kiri kapal. Akibatnya air laut membanjiri ruang mesin, ruang komunikasi, serta kamar para awak kapal.
Laporan awal mengindikasikan bahwa kapal itu mengalami kerusakan namun masih bisa melanjutkan pelayaran menuju pelabuhan Singapura. Sementara Tanker Alnic MC yang berbobot 30.000 DWT itu setelah bertabrakan dengan kapal perang Amerika Serikat, kondisinya belum diketahui dengan pasti.
Beberapa jam setelah kejadian, beredar kabar bahwa telah terjadi aksi sabotase peretasan atas sistem komputasi USS John S. McCain, sehingga kapal perang itu tidak bisa dikendalikan. Senin 21 Agustus 2017 lalu, Kepala Staf Operasi Angkatan Laut Amerika Serikat, Laksamana John Richardson mengemukakan, tidak tertutup kemungkinan bahwa tabrakan itu terjadi karena kesengajaan.
Seperti dikutip The Washington Times, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat, memerintahkan semua operasi Angkatan Laut Amerika Serikat di seluruh dunia selama dua hari, terhitung setelah peristiwa di Selat Malaka itu.
Dalam jumpa pers di Gedung Pentagon, Richardson menggambarkan kebijakan itu sebagai ‘jeda waktu pendek’ untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap fundamental operasional di tingkat unit dan tim Angkatan Laut. Dia juga mengatakan bahwa layanan laut telah memulai penyelidikan dua gugus armada besar Pasifik terkait insiden tersebut.
Di akun twitter-nya, Richardson menulis, “(itu) untuk mengklarifikasi kemungkinan aksi sabotase, sejauh ini tidak ada indikasi ke arah itu… tapi penyelidikan harus mempertimbangkan semua kemungkinan.”
Mengenai kejadian itu, Senator John McCain yang namanya diabadikan untuk kapal pembawa rudal balistik itu, melalui akun Twitter-nya mengatakan, Ia dan Cindy (istrinya) mendoakan keselamatan para pelaut Amerika Serikat awak USS John S. McCain. Ia juga menyatakan apresiasinya kepada regu penyelamat yang melakukan pencarian korban. Pernyataan yang sama juga dicuitkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump melalui akun Twitter.
Kejadian tabrakan USS John S. McCain dengan Tanker Alnic MC itu merupakan insiden keempat yang melibatkan armada Angkatan Laut Amerika Serikat. Tanggal 31 Januari 2017 lalu, USS Antietam kandas di Teluk Tokyo Jepang sehingga mengakibatkan 1.100 galon minyak tumpah ke laut.
Kemudian tanggal 9 Mei 2017 USS Lake Champlain bertabrakan dengan kapal penangkap ikan Korea, dan tanggal 17 Juni 2017 USS Fitzgerald bertabrakan dengan kapal kargo Filipina di Laut Jepang yang menewaskan tujuh prajurit Angkatan Laut Amerika Serikat.