Jakarta, Portonews.com – Presiden Amerika Serikat,Donald Trump, mempublikasi isi surat yang dikirim Pemimpin Korea Utara,Kim Jong-Un kepada dirinya. Surat itu disebarluaskan hampir satu bulan setelah pertemuan di Singapura beberapa waktu lalu.
Trump mengatakan surat bertanggal 6 Juli itu merupakan “catatan yang sangat bagus”. Namun, secara terpisah, AS menuding Korut melanggar sanksi PBB dengan menerima produk bahan bakar minyak secara rahasia. Sebagai catatan, BBM yang masuk ke Korut dibatasi hanya 500.000 barel per tahun.
AS menyebut Korut menerima BBM melalui transaksi di tengah laut yang melibatkan 89 kapal tanker Korut. AS tidak menjabarkan negara mana yang diam-diam menyediakan BBM ke Pyongyang.
Surat yang di posting di akun media sosial twitter milik Trump ini ditulis dengan hangul atau aksara Korea dan ditandatangani Kim. Baik isi surat maupun terjemahan bahasa Inggrisnya kemudian dicuitkan oleh Trump pada Kamis (12/7/2018).
Dalam surat tersebut Kim mengatakan: “Saya sangat mengapresiasi upaya luar biasa dan penuh energi yang dilakukan Yang Terhormat Tuan Presiden.”
Kim kemudian menyatakan bahwa kepercayaan bilateral seharusnya “dikuatkan lebih lanjut dalam proses di masa depan dengan menempuh tindakan-tindakan praktis”.
Kim menambahkan bahwa “perkembangan (berskala) epik” dalam penguatan jalinan bilateral “akan membawa pertemuan kita mendatang lebih maju”.
Serayamencuitkan isi surat, PresidenTrump menulis “Kemajuan hebat sedang diwujudkan!” Namun,Trump tidak merinci lebih lanjut kemajuan apa yang dia maksud.
Pada pertemuan di Singapura, 12 Juni lalu, Trump dan Kim menandatangani sebuah dokumen yang menyertakan ikrar Korut untuk menyingkirkan senjata nuklir dari Semenanjung Korea.Sebagai imbal balik, Washington DC sepakat menghentikan latihan militer di Korea Selatan.
Akan tetapi, para kritikus berulang kali menegaskan bahwa Trump gagal membuat Korut melucuti senjata-senjata nuklirnya.
Pekan lalu, Korut menuduh AS menggunakan ‘taktik ala gangster’ demi mendorong Pyongyang melakukan pelucutan senjata nuklir.
Tuduhan itu mengemuka setelah Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, berkunjung ke Pyongyang selama dua hari dan pada kesempatan itu dia mengatakan kemajuan telah dilakukan.