Semarang, Portonews.com – Gubernur Jawa Tengah Nonaktif Ganjar Pranowo mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu jalan keluar dalam mengatasi berbagai masalah kemiskinan.
“Setelah saya cek, ternyata ada dua komponen yang bisa menurunkan kemiskinan sebagai sebuah investasi jangka panjang yakni yang pertama pendidikan, nomor dua kesehatan, sedangkan investasi, infrastruktur, akses modal dan lainnya menjadi nomor kesekian,” kata Ganjar di Semarang, Rabu (2/5/2018).
Calon Gubernur Jateng yang berpasangan dengan Calon Wagub Taj Yasin Maimoen itu menegaskan, persoalan perekonomian yang berujung pada kemiskinan menjadi bahan pada tiap penyelenggaraan pilkada dimanapun.
Ganjar bahkan menyebutkan, di media sosial ada yang berkomentar keras dan mempertanyakan kenapa kemiskinan dieksploitasi untuk kepentingan politik pada pilkada.
“Saya contohkan diri saya, bapak saya lulusan Vervolgschool, SD zaman dulu yang tidak sampai kelas 6, ibu hanya lulusan SMP. Bapak kemudian bekerja sebagai polisi, polisi rendahan, artinya apa? (keluarga) kami tidak mampu,” ujarnya.
Cagub dengan nomor urut satu itu mengatakan, untuk keluar dari label keluarga tidak mampu tersebut, orang tuanya bertekad menyekolahkan enam anak setinggi-tingginya, meskipun ternyata setelah pensiun bapaknya justru mewariskan sejumlah utang.
“Diantara kami berenam, ada tiga yang akhirnya menyelesaikan S1 (sarjana), bapak saya bilang, jika ada yang ingin melanjutkan sekolah ya lanjutkan saja, namun dengan biaya sendiri. Maka kakak saya sampai S3, saya dan adik sampai S2,” katanya.
Sebagai petahana, selama ini Ganjar telah mengeluarkan berbagai kebijakan penting demi kemajuan pendidikan di Provinsi Jateng, bahkan untuk anggaran pendidikan di Jateng sebesar 28,2 persen dengan total anggaran Rp11,9 triliun.
Pemprov Jateng juga memiliki wewenang lebih luas terhadap pendidikan warganya setelah mengambil alih pengelolaan SMA dan SMK.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Pemprov Jateng kini mengalokasikan subsidi Rp1 juta untuk tiap siswa per tahun.
Selain itu pula, Ganjar Pranowo juga telah melahirkan SMK Jateng pada 2 Juni 2014, sekolah yang dikhususkan untuk siswa berprestasi dengan tingkat perekonomian keluarga yang rendah.
Berbeda dengan lulusan SMK lain dalam mencari kerja, lulusan SMK Jateng justru bingung memutuskan tawaran perusahaan karena pada wisuda lulusan pertama 17 Juni 2017, perwakilan belasan perusahaan ikut hadir dan langsung menawarkan pekerjaan.
Diantaranya jajaran direksi PT Hitachi, PT Astra, PT Komatsu, sejumlah perusahaan garmen, perusahaan suku cadang alat berat, dan pimpinan BUMD di Jateng.
“Artinya, kami akhirnya yang mengubah nasib keluarga dan hal tersebut sebagai bukti pendidikan menjadi pintu keluar kemiskinan,” kata Ganjar. (*)