Jakarta, Portonews.com – Presiden Joko Widodo punya pengalaman pahit di masa kecilnya yaitu ketika tempat tnggalnya digusur tanpa ganti rugi. Pengalaman itu diungkap dalam biografi berjudul “Menuju Cahaya” karya Alberthiene Endah.
“Saya kecil tinggal di pinggir kali, namanya Kali Anyar. Ya,namanya hidup di pinggir kali semua orang tahu bagaimana kehidupan di sana. Yang jelas, kesulitan dan perjuangan hidup sudah jadi keseharian saya,” kata Jokowi pada peluncuran buku tersebut di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (13/12/2018) malam.
“Pada tahun 1970-an, saya masih SD, rumah saya di pinggir kali digusur. Tidak ada ganti rugi dan solusi. Kami sekeluarga kemudian tinggal di rumah kakak ibu selama satu setengah tahun,” ujarnya.
Semua pengalamannya di masa lalu mengajarkan Jokowi untuk lebih tegar menjalani kehidupan, termasuk menghadapi serangan di media sosial.
“Sebenarnya, kesulitan dahulu ini tidak ingin saya ekspos. Tapi, ini penting bahwa perjalanan panjang dalam kesulitan, kekurangan, itu akan menjadi sebuah bagian penting suatu saat kelak,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Solo itu.
“Proses itulah yang harus kita jalani, bagaimana kehidupan yang berada di dunia. Tidak mungkin hidup senang terus. Tidak mungkin juga susah terus. Ada naiknya, ada turunnya. Buat saya itu biasa saja. Saya jalani biasa saja,” ujarnya.
Jokowi juga berbagi kisah tentang kehidupannya saat tinggal di hutan di Aceh ketika menjadi konsultan di pabrik Kertas Kraft Aceh (KKA) pada 1986-1988.
“Dan setelah lulus kuliah saya bekerja dan menikah, lau tinggal di Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah. Kami tinggal di rumah panggung. Saat malam tiba, mungkin ada 20 sampai 30 babi hutan ada di bawah rumah setiap malam. Buat saya biasa saja. Namanya juga di hutan, wajar ada babi hutan,” kata calon presiden nomor urut 01 itu.