Jakarta, Portonews.com – Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menyebut Jamal Khashoggi sebagai seorang Islamis yang berbahaya.
Pernyataan itu kabarnya disebutkan dalam pembicaraan telepon antara sang pangeran dan Gedung Putih setelah Khashoggi hilang namun sebelum Arab Saudi mengakui wartawan itu tewas.
Pemerintah Saudi membantah laporan yang diturunkan surat kabar Washington Post dan New York Times itu. Khashoggi, warga Saudi yang bekerja untuk media AS, dikenal kritis terhadap Riyadh.
Hingga saat ini jasad Khashoggi belum ditemukan. Tapi pemerintah Turki, AS, dan Arab Saudi satu suara tentang lokasi pembunuhan yang berada di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.
Saudi membantah keterlibatan keluarga kerajaan dan mengatakan “berupaya mengumpulkan semua fakta”. Akhir bulan lalu, Pangeran Mohammed mengatakan bahwa “kejahatan ini amat menyakitkan semua orang Saudi”.
Koneksi Gedung Putih
Dalam pembicaraan telepon dengan menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, dan Penasihat Keamanan Nasional, John Bolton, Pangeran Mohammed menyebut bahwa Khashoggi anggota Ikhwanul Muslimin. Yang dimaksudnya adalah organisasi Islamis transnasional yang dilarang di beberapa negara.
Pembicaraan telepon itu dikabarkan terjadi pada 9 Oktober 2018, satu pekan setelah Khashoggi hilang. Pangeran Mohammed juga dilaporkan mendesak Gedung Putih memperkuat aliansi AS-Saudi.
Dalam pernyataan di surat kabar, keluarga Khashoggi membantah bahwa almarhum adalah anggota Ikhwanul Musliman. Pihak keluarga juga mengatakan Khashoggi sudah berulang kali membantah tudingan tersebut.
“Jamal Khashoggi bukan orang yang berbahya dilihat dari sisi mana pun. Pernyataan sebaliknya tentang dia adalah hal yang konyol,” kata pernyataan keluarga Khashoggi.
Hingga hari ini belum ada kesamaan pendapat tentang bagaimana Khashoggi tewas. Khashoggi diketahui datang ke konsulat untuk mengurus dokumen pernikahannya dengan tunangan, warga Turki bernama Hatice Cengiz.