Jakarta, Portonews.com – Militan Palestina dan tentara Israel menyepakati gencatan senjata, Selasa (14/11/2018). Suasana relatif tenang setelah kedua belah pihak menghentikan serangan di bawah mediasi Mesir.
Sebelumnya, militan Palestina meluncurkan roket ke arah Israel. Serangan itu dibalas Israel dengan serangan udara ke daerah yang diduga dikuasai militan. Kontak senjata berhenti pada pukul 17.00 waktu setempat setelah Mesir turun tangan. Palestina dan Israel sama-sama menyampaikan konfirmasi tentang keterlibatan Kairo.
Sejak Senin, serangan udara Israel telah menewaskan setidaknya tujuh orang Palestina. Setidaknya lima orang di antaranya adalah militan besenjata. Tentara Israel juga menghancurkan beberapa gedung yang digunakan oleh kelompok bersenjata Palestina, Hamas.
Serangan roket dari Gaza memaksa warga di belahan selatan Israel mengungsi ke tempat perlindungan. Serangan tersebut menyebabkan puluhan orang terluka dan menewaskan seorang pekerja Palestina yang berasal dari Tepi Barat.
Ketegangan sepanjang akhir pekan lalu dipicu oleh serangan pasukan komando Israel pada Minggu (11/11/2018). Di luar itu, tindak kekerasan meningkat seiring bertambah sulitnya perekonomian di Jalur Gaza. Israel memblokade wilayah tersebut untuk menjepit Hamas, kelompok bersenjata yang dicap sebagai teroris oleh Barat.
Kontak senjata kali ini tercatat sebagai yang paling sengit sejak perang Gaza pada 2014. Dalam pertempuran selama 50 hari tersebut, lebih dari 2.100 orang Palestina terbunuh di Gaza. Sebagian besar korban tewas adalah warga sipil. Di pihak Israel, 66 orang tentara dan tujuh warga sipil tewas.
Saling Klaim
Komando gabungan faksi-faksi bersenjata Palestina di Gaza menyatakan bersedia mengakui gencatan senjata “selama Zionis musuh melakukan hal yang sama”.
Hamas, yang menguasai Gaza sejak 2007, mengklaim kemenangan. Juru bicaranya, Abdel-Latif Al-Qanoua, mengatakan bahwa militan sudah “mengajari musuh dengan pelajaran yang keras dan sudah membuat mereka membayar untuk kejahatannya”.
Menteri Keamanan Israel, Yuval Steinitz, mengatakan tidak ada gencatan senjata resmi. Usai rapat kabinet, dia mengklaim bahwa Israel sudah “melancarkan hantaman yang keras dan belum pernah terjadi terhadap Hamas dan kelompok teroris di Gaza. Kita lihat saja apakah serangan itu sudah cukup atau diperlukan serangan lain”.
Di Gaza, warga Palestina turun ke jalan untuk merayakan kemenangan. Di Israel, tanggapannya beragam. Puluhan orang warga, yang permukimannya menjadi sasaran serangan roket, berunjuk rasa. Mereka memacetkan jalan dan membakar ban untuk mengecam pemerintahnya sendiri yang dianggap gagal memberi jaminan keamanan.
Hamas dan faksi bersenjata lain menembakkan lebih dari 400 roket dan mortir ke sepanjang perbatasan Gaza-Israel. Pada Senin (12/11/2018), mereka melancarkan serangan rudal ke arah sebuah bus yang melukai seroang tentara Israel.
Hamas menyatakan serangan itu merupakan pembalasan atas penyerbuan pasukan komando Israel di Gaza sehari sebelumnya. Seorang komandan Hamas, enam orang laki-laki bersenjata, dan seorang tentara Israel berpangkat kolonel terbunuh dalam insiden tersebut.
Israel mengatakan sistem anti-serangan roket Iron Dome mereka berhasil menjatuhkan lebih dari 100 proyektil dari Gaza pada Senin dan Selasa.
Israel kemudian melancarkan serangan udara yang menghantam beberapa gedung di Gaza. Sasaran serangan antara lain markas intelijen Hamas dan studio televisi Al-Aqsa milik Hamas.
Militer Israel mengatakan serangan udaranya diarahkan ke pasukan peluncur roket dan beberapa orang Palestina yang berusaha menerobos pagar pembatas.