Jakarta, Portonews.com – Andres Manuel Lopez Obrador memenangi pemilihan presiden Meksiko, Minggu (1/7/2018). Tokoh sayap kiri itu mengatakan siap membawa perubahan mendasar di negaranya.
Mantan wali kota Mexico City, yang dikenal dengan inisial Amlo, diperkirakan meraih lebih dari 53% suara. Hasil resmi belum diumumkan tapi raihan suaranya tidak terkejar dan lawan-lawannya sudah mengakui keunggulan Lopez Obrador.
Program utama yang dijualnya saat berkampanye adalah pemberantasan korupsi. Dia mengatakan kejahatan itu telah menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dan kekerasan di seantero negeri.
Dia juga berjanji menggandakan tunjangan untuk para pensiunan dan berusaha memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat.
Hubungan kedua negara memburuk sejak Donald Trump terpilih sebagai presiden AS. Trump mengecam Meksiko yang dianggap tidak berniat mengatasi penyelundupan dan pelintas batas. Begitu mendengar kabar kemenangan Lopez Obrador, Senin (2/7/2018), Trump langsung mengucapkan selamat lewat Twitter.

Dalam pidatonya Minggu malam waktu setempat, Lopez Obrador berjanji menghormati kebebasan sipil. Politikus berusia 64 tahun itu juga mengatakan “tidak berusaha membentuk kediktatoran, secara terbuka atau diam-diam”.
Beberapa lawan politiknya mencemaskan Meksiko akan rusak begitu dipimpin kelompok sayap kiri. Mereka khawatir Meksiko akan menjadi “Venezuela kedua” yang mengalami krisis ekonomi parah dan inflasi gila-gilaan.
Sambil berteriak “ini malam bersejarah”, Lopez Obrador meminta segenap rakyat Meksiko bersatu lagi dan menghilangkan perbedaan. Dia juga menekankan segera mewujudkan salah satu janjinya di kampanye yaitu meninjau kontrak energi yang diteken penguasa sebelumnya.
“Korupsi adalah buah dari rezim politik yang buruk. Kami yakin bahwa kejahatan itu penyebab utama kesenjangan sosial dan ekonomi, dan juga bahwa korupsi yang harus disalahkan atas terjadinya kekerasan di negeri ini,” kata Lopez Obradr seperti dikutip BBC.
Dia menegaskan tidak akan pandang bulu dalam pemberantasan korupsi. Dia juga tidak akan segan menangkap anggota kelompoknya sendiri.
Lopez Obrador maju ke pemilihan presiden bersama koalisi tiga partai yang dipimpin partai Gerakan Regenarasi Nasional (Morena) yang baru didirikannya pada 2014.
Tentang tingginya tingkat kekerasan di Meksiko, Lopez Obrador berniat mengadakan pertemuan harian dengan kabinet keamannya. Dia yakin bisa menyatukan aparat keamanan di bawah satu komando.
Kampanye jelang pemilu Meksiko tahun ini adalah yang paling berdarah sepanjang sejarah negara itu. lebih dari 130 orang politikus dan petugas partai terbunuh.
Selama berkampanye, Lopez Obrador kerap menyerang Trump dalam pidatonya. Tapi setelah pemilu kemarin, dia menggunakan bahasa yang lebih bersahabat.
Lopez Obrador juga berusaha menenangkan pebisnis yang sempat khawatir atas kemenangannya. Dia berjanji tidak akan menerapkan nasionalisasi badan usaha dan akan menjaga iklim berusaha di Meksiko. Di bagian lain pidatonya, dia berjanji menurunkan pajak penghasilan.
Ricardo Anaya, yang dicalonkan Partai Aksi Nasional (PAN), harus puas menempati urutan dua dengan hampir 23% suara.
“Saya mengakui kemenangan dia. Saya sudah menyampaikan ucapan selamat dan saya berharap dia bisa sukses besar demi kebaikan Meksiko,” kata Anaya.
Kandidat partai berkuasa, Jose Antonio Meade, meminta para pendukungnya mengucapkan selamat kepada pemenang.
Partainya Meade, Partai Revolusi Institusi (PRI) mendominasi panggung politik Meksiko selama puluhan tahun. Tapi belakangan partai itu kehilangan popularitas.
Angka partisipasi pemilu Meksiko mencapai 60%. Selain memilih presiden, rakyat Meksiko juga memilih 128 senator dan 500 deputi yang akan duduk di Kongres. Mereka juga memilih kepala daerah.