Jakarta, Portonews.com – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding teroris ekonomi bermain di balik krisis ekonomi yang mendera negaranya. Nilai lira turki terhadap dolar AS terpangkas lebih dari 40 persen tahun ini.
Lira mencapai nilai terendahnya pada perdagangan Senin (13/8/2018) sebelum bangkit lagi menyusul intervensi bank sentral. Kebangkitan ini belum stabil mengingat masih beratnya tekanan terhadap perekonomian Turki.
“Ada teroris ekonomi di media sosial,” kata Erdogan dalam pertemuan dengan para duta besar Turki di istana kepresidenan di Ankara, Senin. Erdogan menambahkan bahwa otoritas hukum dan keuangan akan segera mengambil tindakan.
“Mereka adalah jaringan pengkhianat. Kita tidak akan memberi mereka kesempatan. Kita akan memastikan mereka yang menyebarkan spekulasi menanggung akibatnya,” ujarnya.
Erdogan, yang memperpanjang kekuasaannya setelah pemilihan umum Juni lalu, mengatakan kejatuhan niai tukar lira anjlok setelah beredarnya kabar bohong di internet. Pemerintah Turki disebut-sebut akan menerapkan kebijakan uang ketat. Kabar tersebut membuat lira semakin tertekan. Pada perdagangan Jumat (10/8/2018) saja, nilai mata uang itu turun 18 persen.
Kementerian Dalam Negeri Turki mengatakan sudah mengidentifikasi 346 akun media sosial penyebar pesan yang menciptakan persepsi negatif tentang ekonomi Turki.
Di tempat terpisah, kantor kejaksaan Istanbul dan Ankara melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang diduga terlibat dalam aksi yang mengancam ketahanan ekonomi Turki.
Dewan Pasar Modal Turki (SPK) dan badan anti-kejahatan keuangan juga mengatakan siap mengambil tindakan hukum terhadap siapa saja yang menyebarluaskan informasi palsu.
Pada Senin, Menteri Keuangan Berat Albayrak mengatakan bahwa Turki segera menggulirkan kebijakan untuk mengatasi krisis ekonomi. Albayrak, yang juga menantu Erdogan, menekankan pentingnya disiplin anggaran.
Pengamat ekonomi mengatakan kejatuhan lira terjadi akibat kecemasan masyarakat internasional terhadap pengaruh Erdogan atas ekonomi. Seruannya tentang penurunan suku bungan, serta memburuknya hubungan dengan Amerika Serikat terkait penahanan seorang pastor.
Erdogan bersikeras bahwa anjloknya nilai tukar lira bukan disebabkan faktor ekonomi. Dia mengatakan penyebabnya adalah sanksi ekonomi AS terkait persidangan pastor Andrew Brunson. Erdogan menyebut sanksi itu sebagai “tikaman dari belakang” oleh sekutunya di NATO.
Lira diperdagangkan di angka 6,89 per dolar AS pada Senin sore. Sebelumnya, lira sempat mencapai titik terendahnya di 7,24 per dolar AS.