Kabar buruk bagi Singapura. Pemerintah Thailand kini tengah serius membangun terusan atau Kanal Kra yang akan memotong jalur kapal-kapal internasional dari Laut China Selatan ke Laut Andaman atau sebaliknya.
Dibangunnya Kanal Kra praktis kapal-kapal tidak perlu lagi melalui Selat Malaka ke Singapura atau sandar mengisi logistik di Negara Singa itu, sebelum melanjutkan perjalanannya ke barat atau ke timur. Jika Kanal Kra Thailand sudah dioperasikan, maka kapal-kapal dari Asia Pasifik menuju Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika atau Eropa atau sebaliknya, bisa menghemat bahan bakar, logistik, dan memperpendek jarak serta waktu pelayaran.
Dengan adanya Kanal Kra yang menghubungkan Laut China Selatan dan Laut Andaman itu akan membantu mempersingkat jarak tempuh lebih dari 1.500 kilometer. Otomatis waktu tempuh juga akan lebih pendek 3-4 hari.
Pengamat energi dan Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria mengatakan, selama ini kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka dan mengisi bunker di Singapura. Ke depan, mereka bisa potong kompas, melintasi Kanal Kra untuk menuju China, Jepang, Korea dan negara lainnya di Pasifik. Pembangunan Kanal Kra di Thailand, tambah Sofyano, akan menjadi harapan serta membuka peta persaingan baru di sektor pelayanan.
“Daerah sekitar Aceh di Indonesia akan ikut mendapatkan berkah dari pembangunan Kanal Kra. Daerah ini akan dilintasi kapal-kapal dari negara-negara Indochina ke Australia dan Selandia Baru dan sebaliknya. Dampak lainnya bisa menumbuhkan kegiatan ekonomi baru, termasuk logistik kapal, perdagangan komoditas ekspor-impor, dan lainnya,” jelas Sofyano.
Kanal sepanjang 100 kilometer di wilayah Isthmus ini juga akan dilengkapi beberapa dermaga yang mampu menampung kapal berbobot 500.000 DWT. Sebagai catatan, selama ini kapal-kapal yang melintas dan bersandar di Singapura hanya dilalui kapal berbobot 300.000 DWT, atau Malaccamax.
Untuk membiayai proyek tersebut, Thailand tidak perlu berdarah-darah menjebol pos pengeluaran di APBN-nya. Dikabarkan China dan Jepang siap mengggelontorkan dana investasi sebesar US$28 miliar untuk proyek Kanal Kra tersebut. Sebab, negara yang paling berkepentingan dengan proyek tersebut adalah China dan negara-negara di Asia Timur.
Direktur Dewan Riset Nasional Bidang Ekonomi dan Administrasi Bisnis Thailand, Chian Kuangyaidit mengatakan China sudah lama memantau situasi politik di Thailand, dan proyek Kanal Kra sudah menjadi idaman dalam rencana nasional mereka. Thailand sendiri akan mendapatkan keuntungan dari penetapan dua zona ekonomi khusus di kanal tersebut.
Baca: ‘Membangunkan Batam yang Tertidur’
Selama 10 tahun pembangunan konstruksi proyek ini akan menyerap lebih dari 2,5 juta tenaga kerja, serta merangsang investasi asing minimal 2 triliun Baht atau US$61 miliar. Dari proyek ini, pendapatan penduduk Thailand bisa meningkat hingga rata-rata 500.000 Baht atau Rp200 juta per orang per tahun.
Industri pariwisata mereka juga akan lebih berkembang, kapal-kapal yang membawa banyak turis dari Pattaya dan Ibu Kota Bangkok bisa langsung masuk ke Phuket atau tempat-tempat wisata lainnya di pesisir barat.
Namun perlu diingat, proyek ini bisa saja kembali terhambat jika situasi politik di negara Gajah Putih itu tidak stabil. Untuk diketahui, Thailand adalah negara kerajaan yang pemerintahannya dipimpin oleh seorang Perdana Menteri yang dilantik oleh raja.
Bagi negara yang menganut sistem monarki parlementer ini, memiliki sejarah panjang yang sering diwarnai aksi kudeta militer. Sejak tahun 1932, sedikitnya telah terjadi 11 kali pengambil-alihan kekuasaan oleh tentara. Ini jelas tidak baik dari sisi investasi. Meski sudah berkali-kali membicarakannya, suhu politik di Bangkok membuat China agak khawatir.
Pemerintah Thailand menganggap proyek ini sebagai pilihan yang tepat dari segi bisnis, namun mereka juga bukannya tidak sadar akan dampaknya terhadap lingkungan hidup. Terusan Thailand yang membelah provinsi Krabi, Trang, Phatthalung, Nakhon Si Thammarat, dan Songkhla dengan menggali kanal yang menghubungkan Laut Andaman dengan Teluk Thailand sepanjang 120 kilometer tentu akan mengganggu lingkungan hidup di sana. Belum lagi jika kanal ini melewati wilayah yang menjadi pemukiman padat penduduk.
Kanal ini akan melintasi lereng pegunungan, ini akan menyebabkan kerusakan serius pada sedimentasi dan menghambat pasokan air yang dibutuhkan penduduk. Dampak ekologis lainnya juga tidak kalah penting untuk dikaji, karena kanal tersebut akan melintasi tujuh hutan nasional.
Jelas proyek itu akan menghancurkan keberlangsungan hidup satwa-satwa liar di sana. Air asin yang masuk juga bisa mengubah kondisi hutan. Pembangunan Kanal Kra ini betul-betul akan menjadi pilihan yang dilematis.