Jakarta, Portonews.com – Garda Revolusi Iran akan melancarkan serangan yang “mematikan dan tidak terlupakan” untuk membalas kematian 25 orang di Ahvaz, Iran, Sabtu (22/9/2018). Pemerintah Iran itu menuduh negara-negara di Teluk Arab berada di balik serangan yang terjadi saat parade militer.
Serangan itu disebut-sebut sebagai salah satu yang paling fatal terhadap Garda Revolusi Iran. Insiden ini juga berdampak luas karena terjadi saat Amerika Serikat dan sekutunya di Teluk Arab berusaha mengisolasi Iran.
“Kami tahu betul di mana pusat pengerahan para pemimpin teroris. Mereka akan menghadapi pembalasan yang mematikan dan tidak terlupakan dalam waktu dekat,” kata Garda dalam pernyataannya yang disiarkan media pemerintah Iran seperti dikutip kantor berita Reuters, Senin (24/9/2018).
Sebanyak empat orang penyerang melepas tembakan ke arah tribun penonton tempat para pejabat Iran berkumpul. Mereka tengah menuaksikan kegiatan tahunan yang menandai peringatan perang Iran-Irak 1980-1988. Para prajurit langsung tiarap begitu mendengar letusan senjata. Perempuan dan anak-anak berlari menyelamatkan diri.
ISIS, lewat lembaga penyiarannya Amaq, mengunggah rekaman video yang memperlihatkan tiga orang laki-laki di dalam sebuah kendaraan. Orang-orang itu disebut sebagai penyerang yang dalam perjalanan menuju lokasi.
Seorang laki-laki mengenakan topi baseball dengan logo Garda Revolusi tampak membahas rencana serangan dengan menggunakan bahasa Persia.
“Kami Muslim, mereka kafir. Kami akan menghancurkan mereka dengan serangan yang kuat ala gerilya, inshallah,” kata laki-laki itu.
Perlawanan Nasional Ahvaz, gerakan separatis di Provinsi Khuzestan, juga mengaku berada di balik serangan mematikan tersebut.