Tanggal 7 September 2017 Meksiko tengah bersukacita. Sehari sebelumnya, timnas sepak bola mereka berhasil menahan imbang Kosta Rika, dan selangkah lagi Meksiko dipastikan merebut tiket ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Malam penuh sukacita itu tiba-riba berubah menjadi kepanikan yang disertai jerit tangis ketika gempa berkekuatan 8,1 Skala Richter menggoncang tanah mereka. Ribuan bangunan roboh, ratusan orang terhimpit.
Seperti dilaporkan AFP, gempa dahsyat itu melanda pantai timur Meksiko. Goncangan terkuat dirasakan di kota Tres Picos, negara bagian Chiapas yang berbatasan dengan Guatemala. Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto segera menetapkan negara dalam keadaan darurat, dan mengirim regu-regu penolong ke daerah-daerah yang mengalami kerusakan paling parah.
Ketika para petugas dari tim penyelamat masih sibuk mencari korban yang belum ditemukan, dan para korban luka-luka masih memenuhi sejumlah rumah sakit, 12 hari berselang, tepatnya 19 September 2017, gempa yang tak kalah dahsyat kembali mengguncang Meksiko.
Kali ini gempa berkekuatan 7,1 Skala Richter. Pusat gempa diketahui berjarak sekitar 520 kilometer di bagian selatan Kota Meksiko.
Menurut para ahli seismologi yang melakukan pengkajian terhadap dua gempa besar itu menyimpulkan bahwa kedua gempa itu tidak terkait satu sama lain. Gempa pada 7 September, dengan kekuatan 8,1 SR, memang menyentuh daerah batas tektonik yang serupa dengan gempa 19 September yang berkekuatan 7,1 SR. Akan tetapi titik episentrum dari kedua gempa itu terpisah jarak sejauh 650 kilometer.
“Jika gempa yang kedua merupakan gempa susulan, seharusnya terjadi lebih dekat, dalam radius sekitar 100 km,” kata seorang ahli seismologi.
Meksiko memang rentan akan gempa. Pasalnya negara yang berada di Amerika Utara ini berada di atas tiga lempeng tektonik besar yaitu Lempeng Amerika Utara, Lempeng Cocos, dan Lempeng Pasifik.
Baik gempa pada tanggal 7 September maupun pada 19 September 2017, terjadi di mana Lempeng Cocos, yang ‘menggendong’ dasar Samudra Pasifik, bergerak menyusup ke bawah Lempeng Amerika Utara, yang merupakan platform untuk sebagian besar wilayah daratan Meksiko.
Lempeng Cocos bergeser sekitar 75mm per tahun, dan mengalami semacam liukan saat bergerak turun, membuat gerakan ke bawah yang curam sebelum menjadi datar, lalu kemudian menukik lagi.
Pada titik penurunan kedua yang menyebabkan gempa pada 7 September 2017 terjadi, titik episentrumnya berada 51 kilometer di bawah permukaan tanah. Sedangkan gempa 19 September 2017 titik episentrumnya berada di kedalaman 250 kilometer.
Tim penyelamat Meksiko masih berupaya menyelamatkan para korban yang masih hidup di balik reruntuhan. Laporan terakhir menyebutkan, total korban tewas akibat dua gempa dahsyat itu sebanyak 307 orang. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah mengingat proses evakuasi masih terus berlangsung. Gempa terparah di Meksiko terjadi pada tahun 1985 di tanggal yang sama, 19 September, dan menewaskan 10.000 jiwa.
Mengapa Meksiko sering dilanda gempa? Sama seperti halnya Indonesia dan Jepang, Meksiko berada di pertemuan tiga lempeng tektonik. Lempeng tektonik berada di lapisan kerak bumi yang tersusun dan saling bersambung.
Saat dua lempeng yang berdekatan saling bergerak dan bergesekan, tentunya hal itu menyebabkan daratan bergerak dan berguncang. Itulah yang disebut gempa. Posisi Meksiko yang berada di pertemuan tiga lempeng tersebutlah yang membuat negara tersebut jadi sering sekali dilanda gempa kuat.
Selain komposisi lempeng samudra tersebut, hal lain yang berkontribusi terhadap dampak gempa di Meksiko yakni kondisi tanahnya. Daratan Mexico City merupakan bekas dasar danau kuno, karakteristik tanah di daerah tersebut termasuk ‘tanah lunak’. Tanah jenis ini berkontribusi besar menguatkan getaran. Makanya sering kali membuat gempa bumi terasa lebih besar.
Meksiko merupakan salah satu negara yang secara seismik paling aktif di dunia. Menurut data US Geological Survey, dalam seabad terakhir, Meksiko telah dilanda setidaknya 19 gempa termasuk dua gempa terakhir.
Pergerakan lempeng tektonik dan tanah yang lunak, ditambah dengan kondisi alam Meksiko yang juga memiliki banyak gunung berapi yang aktivitasnya tergolong tinggi menjadikan Meksiko rentan terhadap gempa bumi.
Titik selatan dari episentrum gempa Selasa 19 September 2017, terdapat dua gunung berapi, yakni El Chichón dan Volcán de Colima, yang masing-masing pernah meletus pada 1982 dan 2005. Selain itu ada dua gunung berapi aktif di sisi tenggara Mexico City, yakni Gunung Popocatépetl dan Gunung Ixtaccíhuatl. Tercatat Gunung Popocatépetl terakhir meletus pada 2010.
Dalam budaya Meksiko dikenal konsep waktu yang unik yaitu, Ahorita. Ketika seorang Meksiko mengatakan ‘ahorita‘, itu bisa berarti besok, dalam waktu satu jam, dalam waktu lima tahun, atau tidak pernah. Melihat ketiga faktor di atas yang menstimulus gempa di Meksiko rasanya gempa seperti berkata ‘ahorita regreso’ yang berarti ia pasti kembali tetapi tidak diketahui persisnya kapan.