Jakarta, Portonews.com – Langkah PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) menggunakan tiket kertas sebagai solusi atas perbaikan system tiket yang tengah dilakukannya mendapat sorotan dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Pasalnya langkah yang dilakukan PT KCI meyebabkan penumpukan penumpang yang hendak membeli tiket kertas di seluruh stasiun kereta api di Jabodetabek.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan, manajemen PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) tidak bisa mengontrol transparansi pendapatan tiket jika dibuat dalam bentuk kertas. Selain itu, menurutnya, langkah ini juga mengundang pertanyaan, apakah memang terjadi inefisiensi di dalam sistem tiket selama ini sehingga manajemen KCI terpaksa kembali menggunakan tiket kertas.
“Apakah hal ini merupakan hal yang lazim, sampai drop ke pelayanan tiket kertas? Perlu audit menyeluruh terkait hal ini,” ujarnya seperti dikutip CNN Indonesia, Senin (23/7/2017).
Dia juga menganggap, tiket kertas sebetulnya bukan kompensasi terbaik yang diberikan kepada konsumen. Menurut dia, kompensasi yang paling baik dilakukan adalah korting tarif ke berbagai relasi, bukan hanya dengan surat pemberitahuan keterlambatan dari manajemen KCI.
Agar tidak timbul kekecawaan konsumen dengan kompensasi seadanya, Tulus meminta manajemen KCI untuk memperluas informasi dan sosialisasi kepada masyarakat. “Sebab sudah banyak pengaduan ke YLKI bahwa mereka belum tahu kebijakan ini,” jelas dia.
Meski demikian, YLKI memahami bahwa aksi KCI ini adalah memberikan pelayanan yang lebih baik. Pemeliharaan sarana dan prasarana adalah sebuah keharusan, layaknya PT PLN (Persero) yang kadang harus memadamkan listriknya saat melakukan pemeliharaan. “Tapi yang terpenting adalah bagaimana mengelolanya agar dampaknya tidak terlalu parah,” pungkas Tulus.
Sementara itu, KCI mengklaim proses pembaharuan sistem tiket elektronik KRL tak mempengaruhi beban operasional perusahaan. VP Komunikasi Perusahaan PT KCI Eva Chairunisa mengatakan pihaknya sudah memperhitungkan betul penggunaan tiket kertas sebagai ganti Kartu Multi Trip (KMT) dan kartu uang elektroik selama proses pembaharuan sistem tiket elektronik dilakukan sejak Sabtu (21/7/2018) kemarin.
“Tidak ada (dampak operasional). Kami sudah memperhitungkan kondisi-kondisi yang akan dijalani dengan pembaharuan sistem ini,” ungkap Eva kepada CNNIndonesia.com, Senin (23/7).
Menurutnya, penggunaan kertas tiket itu sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) perusahaan. Ketika sistem tiket elektronik tak bisa digunakan, maka perusahaan akan menyediakan kertas tiket. “Kami upayakan proses pembaharuan ini segera selesai dan tiket elektronik bisa kembali diberlakukan,” jelas Eva.
Eva menegaskan perusahaan menargetkan dapat mengoperasikan kembali sistem tiket elektronik pada hari ini juga. “Kami upayakan Senin siang,” tegas Eva.
Lebih lanjut Eva mengatakan perusahaan telah memberlakukan sistem tiket elektronik sejak Juli 2013 lalu. Makanya, pembaharuan sistem tiket elektronik kali ini dilakukan demi menjaga keandalan sistem itu sendiri. “Kami memohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami seluruh pengguna KRL selama masa pembaharuan dan pemeliharaan sistem tiket elektronik,” pungkas Eva.