Pertamina akhirnya mengakui bahwa minyak yang tumpah menutupi perairan sekitar Teluk Balikpapan berasal dari saluran pipa minyak bawah laut miliknya. Pihak Pertamina RU V Balikpapan menyatakan, kepastian itu didapat kemarin sore setelah dilakukan pengecekan dengan alat side scan sonar.
Pipa minyak bawah laut milik Pertamina dari arah Lawe-lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara menuju Balikapapan, terlihat bergeser sejauh 100 meter dari tempat asalnya. Pipa itu patah pada bagian yang tertekuk sehingga menghamburkan minyak ke laut sejak Sabtu, dini hari 31 Maret 2018.
Tumpahan minyak itu menyebar hingga menutupi sebagian besar pesisir pantai dari Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) hingga Pelabuhan Semayang, Kota Balikpapan.
Kepastian itu diperkuat oleh pernyataan Kombes Pol Yustan Alpiani, Direktur Kriminal Khusus, Polda Kaltim, yang mengatakan, tumpahan tersebut berasal dari pipa bawah laut milik Pertamina dari arah Lawe-lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara menuju Balikapapan yang putus.
“Pipa milik Pertamina yang dari arah Lawe Lawe (penajam Paser Utara) menuju pabrik kilang di Balikapapan yang ternyata bekas terseret, dan putus, minyak tersebut berasal dari sana,” kata Yustan.
Para ahli perminyakan yang tergabung dalam Komunitas Migas Indonesia menduga, bergesernya pipa minyak bawah laut hingga sejauh 100 meter sangat mungkin tergerus oleh jangkar kapal. Tapi hal itu juga sangat aneh, mengingat dalam peta yang dipegang oleh para kapten dan awak kapal yang memasuki pelabuhan, sudah ditandai area mana saja awak kapal dilarang melepas jangkar.
Keteledoran itu juga diperparah dengan keterlambatan mengaktifkan Emergency Pipeline Repair System (EPRS). Akibat terhentinya pasok minyak dari Lawe-lawe, kini 4 CDU Kilang Balikpapan hanya beroperasi hanya 20% dari kapasitas normal.
Sebelumnya, Region Manager Communication and CSR Pertamina, Yudi Nugraha, menyangkal minyak yang tumpah bukan berasal dari Pertamina, sebab jenis minyak yang tumpah adalah marine fuel oil (MFO). Sedangkan Pertamina Refinery Unit V Balikpapan hanya memproduksi BBM jenis solar, premium, pertalite, pertamax, dan avtur.
Penanganan tumpahan minyak di sekitar Teluk Balikpapan, kini di bawah koordinasi Syahbandar (Kepala KSOP), karena masuk Tier 2. Namun melihat luas areanya, peralatan yang digunakan tidak memadai. Bantuan dari Ditjen Hubla untuk mengkoordinir bantuan tambahan peralatan dari luar area sangat diperlukan.
Selaku spiller, Pertamina dalam upayanya membersihkan area sensitif dilakukan bersama beberapa perusahaan migas di Kota Balikpapan seperti Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina EP Asset V, Petrosea yang juga memiliki peralatan penanggulangan tumpahan minyak (PPTM) untuk mengangkat minyak dari pantai.
Masyarakat pun tidak tinggal diam, dipimpin oleh Walikota Balikpapan, Rizal Efendi, mereka berbondong-bondong membersihkan area pantai yang terpapar tumpahan minyak. Rizal secara khusus mengumpulkan 40 organisasi masyarakat dan komunitas dari berbagai wilayah di Balikpapan untuk bergotong royong membersihkan minyak dengan alat seadanya seperti gayung dan ember.
David Lantu bersama sejumlah anggota ormas Oi Kota Balikpapan mengaku tergerak, dan ikut membersihkan area pantai yang tertutup minyak sejak Sabtu 31 Maret 2018 lalu. Kejadian tumpahan minyak ini selain merenggut korban jiwa, juga menimbulkan kerugian materi yang besar dan kerusakan lingkungan.