Jakarta, Portonews.com – PENANGGULANGAN tumpahan minyak di laut jelas pekerjaan yang sulit. Kecepatan tindakan memang penting. Tapi cepat saja tidak cukup. Perlu penanganan yang tepat agar genangan minyak dapat segera dibersihkan.
Untuk menanganinya dengan tepat, tim pembersih membutuhkan informasi tentang lokasi, sumber, dan volume tumpahan minyak. Karena tindakan tidak dapat dilakukan secara instan, tim pembersih juga harus memperkirakan arah aliran genangan minyak di laut.
Dalam periode antara terjadinya kebocoran hingga first responder tiba di lokasi, genangan minyak di laut pasti akan berubah posisi dan luasannya. Faktor angin, kelembaban, dan arus laut berpengaruh terhadap sebaran serta ketebalan genangan yang terbentuk.
Perubahan cuaca memang tidak bisa dipastikan. Namun kecenderungannya bisa diperkirakan dengan memperhitungkan sejumlah variabel berdasarkan data dari dinas cuaca. Di Indonesia, informasi tersebut berasal dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Tim penanggulangan tumpahan minyak menggunakan oil spills trajectory model untuk menjejaki arah genangan minyak. Data akurat dan perhitungan yang baik akan menghasilkan perkiraan yang baik, yang dapat mempermudah kerja tim.
Lembaga Afiliasi Penelitian Indonesia Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB) sudah berhasil membuat perangkat lunak tersebut yaitu Slicktum. Perangkat lunak yang dihasilkan lewat kerja sama LAPI ITB dengan BMKG, Slickbar Indonesia, dan OSCT Indonesia ini disebut-sebut memiliki akurasi yang lebih baik dibanding software serupa.
Unsur oseanografi yang tinggi di perairan Indonesia adalah arus laut, pengaruh angin monsun, dan pasang air laut.
“Selama ini Indonesia tidak punya kemampuan untuk menangkap sinyal-sinyal itu sekaligus. Perangkat lunak yang kami kembangkan saat ini bisa melakukannya,” kata Dr Aditya R Kartadikaria dari LAPI ITB dalam Simposium Internasional Lingkungan Kelautan di Hotel Fairmont, Jakarta, 28 November 2018.
Slicktum memang bukan perangkat lunak pertama buatan Indonesia yang dapat memperkirakan arah dan sebaran genangan minyak. Sebelumnya sudah ada MoTuM (Model Tumpahan Minyak) buatan Muslim Muin, PhD, yang juga alumnus ITB. Namun Slicktum punya keunggulan yang tidak dimiliki MoTuM yaitu integrasi data BMKG.
“Data yang bagus dimasukkan ke dalam perhitungan yang bagus pasti akan memberikan hasil yang baik. Tapi jika datanya tidak bagus atau perhitungannya kurang sempurna, hasilnya tentunya tidak dapat diandalkan,” kata Aditya yang mengembangkan Slicktum bersama Aradea R Hakim, SSi, M.Sc, Dadang Iskandar, Ssi, dan Dr Andri Ramdhani.
“Kami menjalin kesepakatan dengan BMKG karena lembaga itu yang diberi mandat oleh pemerintah Indonesia untuk menyediakan data oseanografi,” ujar peneliti muda yang akrab dipanggil dengan RK itu.
Saat ini Slicktum memang masih dalam tahap pematangan di LAPI ITB. Setelah melewati serangkaian uji coba, barulah perangkat lunak itu diluncurkan.