MV Sanchi, tanker berbendera Panama itu meledak. Menimbulkan kebakaran hebat dan menghamburkan minyak mentah yang terdapat di perut tanker itu ke laut.
Awal tahun 2018, dunia pelayaran internasional ditandai dengan peristiwa fatal, dua kapal berukuran raksasa bertabrakan di jalur laut yang sangat ramai, yaitu Laut China Timur, antara MV Sanchi dengan CF Crystal. Selain menelan korban jiwa dari awak MV Sanchi, tabrakan itu juga menimbulkan kebakaran hebat, tumpahan minyak dalam jumlah besar, dan menenggelamkan kapal tanker yang di beberapa ruang kargonya masih tersimpan minyak dalam jumlah besar.
Tragedi yang terjadi di balik kabut musim dingin itu, menyimpan ancaman besar terhadap lingkungan hidup laut di sekitar lokasi kejadian, bahkan di wilayah pantai di China, Jepang, dan Korea Selatan.
Tumpahan minyak dalam jumlah cukup besar terjadi di Laut China Timur, sekitar 160 mil laut lepas pantai Shanghai, setelah kapal tanker raksasa milik Iran, MV Sanchi bertabrakan dengan dengan kapal barang CF Crystal berbendera Hong Kong yang membawa bahan makanan dari Amerika Serikat menuju Provinsi Guangdong, China, pada hari Sabtu, tanggal 6 Januari 2018. Saat itu, MV Sanchi sedang mengangkut 136.000 ton minyak mentah dari Iran ke Korea Selatan.
Sebuah foto yang diunggah oleh sejumlah media di China menunjukkan adanya kepulan asap hitam yang muncul dari perairan di balik satu kapal di tengah kondisi cuaca yang gelap terselimuti awan. Asap tersebut berasal dari kapal tanker Iran, Sanchi. Beberapa media menyebutkan, setelah bertabrakan, kapal terbakar.
Dikutip dari kantor berita China, Xinhua, setelah ada laporan tabrakan kapal, pihak otoritas perairan China langsung mengirim delapan kapal tim SAR dan petugas pemadam kebakaran. Sementara Korea Selatan mengirim pesawat untuk memadamkan kebakaran dari udara, serta beberapa kapal Coast Guard guna memberikan pertolongan.
Menurut rilis dari Kementerian Perhubungan China, insiden tabrakan tersebut tak dapat dielakan karena cuaca di tengah laut saat kejadian sangat buruk, sementara lalu lintas di perairan antara China dan Korea Selatan sangat padat. Regu penolong berhasil menyelamatkan 21 awak kapal CF Crystal yang semuanya berkewarganegaraan China.
Sementara 32 orang awak kapal tanker, yang terdiri atas 30 warga Iran dan 2 orang Bangladesh, belum diketahui nasibnya. Hingga beberapa hari setelah kejadian, Tim SAR gabungan dari China, Iran dan Korea Selatan masih melakukan pencarian. Operasi itu dilakukan hingga dua minggu setelah kejadian.
Kepolisian Maritim Korea Selatan dan Angkatan Laut Amerika Serikat membantu pihak China dalam melakukan pemadaman kebakaran pada MV Sanchi, serta pencarian awak tanker yang hilang. Operasi itu dilakukan di tengah risiko tinggi, karena di dalam kapal tanker tersebut masih terdapat minyak dalam jumlah besar dan sewaktu-waktu bisa meledak.
Namun, hingga 8 Januari 2018 hanya satu awak ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Apa yang dikhawatirkan benar-benar terjadi. Pada tanggal 10 Januari 2018, tanker berbendera Panama itu meledak. Selain menimbulkan kebakaran hebat, ledakan itu juga menghamburkan minyak mentah yang terdapat di perut tanker itu ke laut.
Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan menyatakan, mengingat volume minyak di permukaan laut dan di bagian tanker yang masih terapung cukup banyak, kobaran api diperkirakan akan terus berlanjut selama dua sampai empat minggu ke depan.
Akhirnya, pada tanggal 14 Januari 2018, kapal tanker berbobot hampir 165 ribu ton itu tenggelam. Dengan tenggelamnya kapal tersebut, regu penyelamat hampir yakin tidak ada awak MV Sanchi yang selamat. Kepala Badan Maritim Iran menyatakan tidak ada harapan untuk menemukan korban selamat.
Sedangkan Juru Bicara National Iranian Tanker Company (NITC) selaku perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan MV Sanchi, Mohsen Bahrami mengatakan kepada media Pemerintah Iran bahwa China tidak berusaha menyelamatkan para pelaut Iran, atau memadamkan api. “China tidak membantu upaya penyelamatan orang-orang di kapal tanker Iran.”
Kepada Kantor Berita Mahasiswa Iran, (Iran Students News Agency) ISNA, Bahrami mengatakan, meskipun China memiliki peralatan pemadam kebakaran yang memadai di wilayah tersebut, pihak berwenang China tidak secara aktif berusaha memadamkan api. Atas tuduhan pihak Iran tersebut, sejauh ini belum ada tanggapan dari pihak China. “China memiliki banyak peralatan pemadam kebakaran dan personil di dekat kapal tanker yang terbakar namun tidak mereka gunakan,” katanya.
Tanker yang terdaftar di Panama itu berangkat dari Iran menuju Korea Selatan dengan muatan ratusan ribu ton minyak mentah. Pukul delapan malam waktu setempat, MV Sanchi bertabrakan dengan CF Crystal yang melaju dari dari arah berlawanan. Tabrakan keras itu langsung menimbulkan ledakan dan kebakaran pada MV Sanchi. Kapal yang dibangun pada tahun 2008 itu selama beberapa hari terombang-ambing di tengah laut dalam keadaan terbakar. (nol/yus)