Surabaya, Portonews.com – Indonesia adalah negara maritim yang memiliki beberapa kilang minyak. Kondisi ini membuka terjadinya tumpahan minyak, mulai dari yang ringan hingga berat.
Diperlukan latihan penanggulangan tumpahan minyak agar semua pihak terkait siap menghadapinya sewaktu-waktu. Kemampuan untuk mengatasi petaka di laut itu selalu diasah melalui Maritime Pollution Exercise (Marpolex) tingkat nasional yang digelar dua tahun sekali.
Tahun ini, kegiatan Marpolex dipusatkan di perairan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, 25-26 Juli 2018. Setidaknya 22 kapal dari berbagai jenis dilibatkan dalam latihan bersama ini.
Selain kapal yang terlibat langsung dalam urusan penanggulangan tumpahan minyak, dikerahkan juga puluhan kapal lain seperti kapal patroli, kapal pemadam kebakaran, kapal SAR, dan kapal untuk memasok logistik. Asset lain yang dilibatkan adlaah helikopter SAR dan mobil ambulans.
Dalam latihan penanggulangan tumpahan minyak Tier 1, dikerahkan offshore supply ship AHTS Indoliziz Satu dan kapal tunda TB Katelia IV. Skenario tumpahan minyak ringan ini digelar di Gresik.
Skenario yang lebih berat, yaitu Tier 2 dan 3, dilangsungkan di Surabaya. Kapal yang dilibatkan dalam Tier 2 adalah TB Transco Bangau dan TB Bayangkara. Untuk Tier 3, skenario terburuk tumpahan minyak, dikerahkan KN Sarotama dan KN Masalembo.
Markonis KN Masalembo, Wahyu Indarto, antusias mengikuti Marpolex 2018.
“Saya sudah beberapa tahun bekerja di laut, tapi baru kali ini mengikuti latihan penanggulangan tumpahan minyak. Saya senang bisa terlibat dalam latihan ini karena akan menjadi pengalaman berharga buat saya dan awak lain di Masalembo,” kata Wahyu.
“KN Masalembo lebih banyak ditugaskan mengirim berbagai pasokan ke mercusuar di pulau-pulau kecil yang tersebar di Indonesia. Melihat apa yang akan kami lakukan nanti, saya pikir kegiatan ini menarik dan bermanfaat,” ujarnya.
Marpolex tingkat nasional digelar dua tahun sekali, bergantian dengan Marpolex regional Asia. Tahun depan, Marpolex regional Asia akan dilangsungkan di Filipina.