Setiap kasus tumpahan minyak di Amerika atau Eropa, akan cepat ditangani dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan dalam panduan yang dikeluarkan oleh International Maritime Organization (IMO). Semua informasi yang patut diketahui publik, diberikan melalui media.
Namun lain halnya jika kasus tumpahan minyak terjadi di suatu negara yang martabatnya harus dijaga, meskipun dengan tidak mengemukakan fakta, data, dan informasi objektif kepada publik.
Tanggal 10 Agustus 2017 siang, petugas penjaga pantai menerima laporan bahwa pantai Kuwait sebelah selatan terdapat tumpahan minyak dalam jumlah besar. Tumpahan minyak tersebut bergerak mendekati Al Khiran, sebuah kompleks resor mewah.
Tidak jauh dari situ, terdapat Al Zour, sebuah wilayah kaya minyak di mana terdapat proyek kilang minyak Al Khafji. Di kompleks tersebut juga dibangun dua pembangkit listrik, instalasi desalinasi air laut, perumahan mewah, dan yacht club. Kilang minyak Al Khafji adalah sebuah proyek patungan senilai US$30 miliar antara Kuwait dan Arab Saudi, yang nantinya mampu memproses 615.000 barel minyak per hari menjadi bahan bakar.
Karuan saja media-media setempat memberitakan tumpahan minyak yang diperkirakan 35.000 barel telah mencemari perairan lepas pantai perbatasan antara Kuwait dengan Arab Saudi. Tumpahan minyak tersebut diduga berasal dari pipa minyak bawah laut milik Al Khafji.
Respon Pemerintah Kuwait
Uniknya, dalam merespon berita tersebut, Khafji Joint Operation sebagai operator, menyatakan bahwa pihaknya tidak melihat adanya tumpahan minyak di sekitar kilang Al Khafji. Bahkan, juru bicara perusahaan itu menuduh sebuah tanker yang berlayar di utara Teluk Arab sebagai sumber minyak yang mencemari laut.
Sehari kemudian, tanggal 11 Agustus 2017, entah dari mana sumbernya, media menampilkan berita berupa citra satelit di perairan lepas pantai perbatasan Kuwait – Arab Saudi di mana terdapat tumpahan minyak. Gambar-gambar itu diambil dari satelit Sentinel-1.
Berdasarkan analisa atas citra satelit itu, tumpahan minyak menutupi wilayah seluas 131 kilometer persegi. Berdasarkan analisis tersebut, jumlah minyak yang tumpah diperkirakan sebanyak 34.590 galon, bukan 35.000 barel seperti yang diberitakan oleh media pada hari sebelumnya.
Sementara citra satelit multispektral Sentinel-2 menunjukkan, tumpahan minyak mendekati pantai dekat Ras Al-Zour sebelah utara Al Khiran. Kemudian tanggal 14 Agustus 2017, citra satelit dari Sentinel-1 sisa-sisa tumpahan minyak terdapat di sepanjang pantai utara Ras Al-Zour.
Pihak Al Khafji Joint Operations mengkonfirmasi bahwa instalasinya terbebas dari tumpahan minyak yang berasal dari ‘sebuah tanker yang berlayar di utara Teluk Arab’. Al Khafji Joint Operations juga mengumumkan, pihaknya telah mengaktivasi crisis management plan dan telah melakukan survei udara guna memastikan keamanan instalasi dan pantai di dekatnya, seperti yang dilaporkan kantor berita Arab Saudi, Saudi Press Agency (SPA).
Mengikuti langkah saudara tuanya, kepada Bahrain News Agency, Komite Nasional Penanggulangan Bencana Bahrain mengumumkan, wilayah perairan Bahrain juga terbebas dari tumpahan minyak yang terdapat di lepas pantai Kuwait.
Direktur Jenderal Pertahanan Sipil merangkap Sekretaris Kabinet Bahrain, Brigadir Abdulaziz Rashid Al Amer, menyatakan bahwa Kepala Keamanan Publik dan Kepala Komite Nasional Penanggulangan Bencana Bahrain akan untuk menyelidiki kasus itu serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menangani tumpahan minyak celakaan tersebut.
Dengan demikian, Bahrain terbebas dari dugaan sebagai pemilik minyak yang tumpah. Al Amer juga mengatakan, Komite Nasional Penanggulangan Bencana Bahrain berkoordinasi dengan pihak berwenang di Kuwait untuk mempelajari perkembangan dari kasus tersebut.
Sementara pejabat Khafji Joint Operations, Riyadh Al Hassan mengatakan kepada kantor berita Kuwait (KUNA), perusahaannya telah melakukan penanggulangan segera setelah media melaporkan kasus tumpahan minyak yang berasal dari ‘sebuah tanker yang berlayar di utara Teluk Arab itu’.
Seorang pejabat di sektor migas Kuwait mengatakan, “Saat ini beberapa tim penanggulangan tumpahan minyak masih berjuang untuk menghentikan tumpahan minyak di area dekat Ras Al-Zour bagian selatan.”
Pejabat lain di Kuwait, Sheikh Talal Al Khaled Al Sabah mengatakan, Kuwait Oil Company, Kuwait National Petroleum Company, Kementerian Kelistrikan dan Perairan, Badan Pengawas Lingkungan Hidup, dan beberapa perusahaan minyak sedang membersihkan laut dari tumpahan minyak.
“Mereka berusaha agar tumpahan minyak tidak memasuki area sebelah selatan pembangkit listrik Al Zour dan instalasi desalinasi air laut,” kata Sheikh Talal.
Secara geografis, Arab Saudi dan Bahrain berada di selatan Kuwait di bagian barat Telum Arab. Menurut Seorang pejabat Kuwait, area perairan itu tidak terpapar tumpahan minyak. Sedangkan seorang petinggi Kuwait Petroleum Corporation mengatakan, beberapa tim penanggulangan tumpahan minyak dari Saudi Arabian Chevron and Oil Spill Response Limited (OSRL) sedang mengangkat minyak dari perairan sekitar pantai.
Kepala Otoritas Lingkungan Hidup Kuwait, Sheikh Abdullah Al-Sabah mengingatkan, pihak manapun yang menjadi sumber dari tumpahan minyak akan menerima hukuman berat sebagai pertanggung-jawabannya atas kasus tersebut.
Senin, tanggal 14 Agustus 2017 malam hari, pemerintah Kuwait kembali menyampaikan pengumuman, bahwa pembersihan di perairan dekat Al Zour diharapkan bisa selesai dalam waktu satu minggu. Perairan sekitar pembangkit listrik dan instalasi desalinasi air laut segera diamankan dari paparan tumpahan minyak agar air tawar yang dihasilkan tidak tercemar. Tapi lucunya, kantor berita Kuwait, KUNA memberitakan bahwa produksi air sudah kembali normal.
Anehnya, di antara sekian banyak pejabat yang berbicara tentang kasus tumpahan minyak tersebut, tak satu pun yang menyebutkan bahwa tumpahan minyak di laut itu berasal dari perairan lepas pantai Kuwait bagian selatan, dekat ladang minyak Al Khafji.
Tapi media-media di Kuwait mengutip pernyataan para ahli setempat yang menyebutkan, tumpahan minyak berasal dari kebocoran pada pipa minyak bawah laut sepanjang 50 kilometer dari ladang minyak lepas pantai Al Khafji. Para ahli juga memperkirakan bahwa volume minyak yang tumpah ke laut mencapai 35.000 barel dan sudah memasuki perairan Al Zour, di mana terdapat unit pengolahan minyak.
Aktivis lingkungan hidup setempat, Khaled Al-Hajeri menyalahkan Pemerintah Kuwait atas simpang-siurnya informasi dan membingungkan publik mengenai kasus tumpahan minyak itu. “Saya menyalahkan Otoritas Lingkungan Hidup Kuwait karena mengabaikan perannya dalam menemukan sumber tumpahan, sebelum minyak itu mencapai pantai. Otoritas itu juga hingga kini tidak mengetahui dari mana sumbernya,” kata Al-Hajeri kepada Kuwait Times.
Para aktivis lingkungan hidup juga meyakini, bahwa kebocoran minyak sudah terjadi sejak pertengahan pekan sebelumnya (antara tanggal 9-10 Agustus 2017). Para ahli dan media swasta memperkirakan, kebocoran itu disebabkan pipa bawah laut yang sudah tua dan keropos. Namun Pemerintah Kuwait tidak mempublikasikan volume tumpahan, sumbernya dari mana, serta kronologi kejadian tumpahan minyak tersebut.