Surabaya, Portonews.com – Tumpahan minyak menyebar dari Gresik ke kawasan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Kamis (26/7/2018). Namun berkat kesigapan tim gabungan dari berbagai unsur, tumpahan minyak tersebut bisa dibersihkan.
Tim pembersih dari OSCT (Oil Spill Combat Team) Indonesia yang berada di KN Sarotama memasang oil boom untuk mengisolasi tumpahan. Selanjutnya, tim yang berada di KN Masalembo menurunkan Giant Octopus. Alat pembersih tumpahan minyak ini berhasil menciduk minyak yang mengambang di permukaan air dan menyedotnya ke atas kapal.
Di lokasi lain, sebuah kapal terbakar. Petugas dari Basarnas, Pelindo 3, dan Polisi Air dan Udara dengan sigap menolong korban. Api dapat dengan cepat dipadamkan dengan siraman air dari dua kapal pandu. Petaka yang lebih besar terelakkan dan Pelabuhan Tanjung Perak bisa beroperasi normal lagi.
Kejadian itu merupakan simulasi dalam National Maritime Pollution Exercise (Marpolex) 2018. Meski hanya skenario rekaan, semua aset yang terlibat mengikuti latihan dengan serius. Setidaknya 22 kapal dari berbagai jenis dan sekitar 500 orang petugas dikerahkan dalam operasi bersandi Marpolex 18 ini.
Giant Octopus berperan penting dalam membersihkan tumpahan minyak. Skimmer milik OSCT ini mampu memompa minyak hingga 250.000 liter/jam dan mengalirkannya ke atas kapal.
Hanya butuh waktu beberapa menit untuk menurunkan Giant Octopus dari atas kapal. Operator mengarahkannya ke posisi yang diinginkan sebelum menjalankan untaian sikat untuk menciduk minyak yang mengambang di permukaan.

“Simulai pembersihan tumpahan minyak berjalan dengan lancar. Sempat ada kesulitan tapi tidak terlalu berarti. Dari latihan ini kami mengetahui apa saja yang sudah baik dan apa saja yang perlu ditingkatkan,” kata supervisor tim OSCT, Amri Hudaya, kepada Portonews.com.
“Secara teknis, OSCT Indonesia bisa menanggulangi tumpahan minyak. Di lapangan, kendala yang sulit kami atasi adalah masalah lain di luar tumpahan minyak itu sendiri,” ujarnya.
“Misalnya jika terjadi di pelabuhan. Di sini kami tidak bisa langsung bekerja. Perlu ada tindakan awal dari pihak lain misalnya Syahbandar untuk menghentikan lalu lintas kapal. Setelah itu barulah kami bisa bekerja,” kata pria yang sudah berpengalaman 10 tahun di bidang pembersihan tumpahan minyak.