Jakarta, Portonews.com – Rusia akan menggelar latihan perang besar-besaran mulai 11 September 2018. Unjuk kekuatan militer itu mendahului latihan perang NATO yang dijadwalkan berlangsung pada Oktober mendatang.
Sekitar 35.000 orang tentara dari 30 negara anggota NATO dan mitranya akan mengikuti latihan bersama di Norwegia, Laut Baltik, dan Atlantik Utara. Latihan ini juga melibatkan sekitar 70 kapal perang dan 130 pesawat tempur.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan bahwa latihan perang NATO itu “jelas-jelas anti-Rusia”.
“Latihan perang NATO direncanakan sebagai operasi defensif dan ofensif di belahan utara dalam konflik berintensitas tinggi menghadapi musuh yang setara,” kata Zakharova seperti dikutip France 24, Jumat (31/8/2018).
“Pameran kekuatan itu berlangsung dekat perbatasan Rusia dan jelas-jelas anti-Rusia,” ujarnya.
Konsultan senior bidang Rusia dan Eurasia di Chatham House, Keir Giles, mengatakan Moskow masih punya ketakutan bahwa sewaktu-waktu akan diserang oleh Barat.
“Ketakutan tersebut adalah sebagian delusi paranoid Moskow,” kata peneliti kebijakan keamanan Rusia itu.
Petinggi Rusia meyakini bahwa pemerintah Barat berniat melemahkan dan memecah Rusia. “Segala sesuatunya tidak pernah dikaitkan jauh dari niat Barat. Padahal Rusia yang tidak stabil sama sekali tidak diinginkan oleh Barat,” ujar Giles.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Uni Eropa perlu merancang ulang kebijakan diplomasinya dengan Rusia.
“Demi kepentingan kita sendiri, hubungan strategis Uni Eropa dan Rusia harus dijalin lebih baik lagi untuk menghadirkan stabilitas yang, dalam jangka panjang, menjadi lebih kuat dan koheren,” kata Macron.
Macron mengingatkan sesama anggota Uni Eropa bahwa mereka sudah terlalu lama mengandalkan perlindingan AS. Meski persekutuan dengan “Paman Sam” tetap penting, Macron menyarankan Uni Eropa memperkuat kemampuan pertahanannya.