AK-47 adalah senapan serbu yang paling populer di muka bumi. Senjata buatan Mikhail Timofeyevich Kalashnikov ini paling banyak merenggut nyawa di berbagai medan pertempuran, lebih dari 100 juta jiwa. Produk yang diilhami oleh sebuah dendam, AK-47 terus bertransformasi menjadi senapan modern yang laris.
Bryansk adalah sebuah kota kecil yang terletak di barat Rusia. Nama Bryansk memang tidak kesohor seperti Moskow, namun di kota yang pada masa Perang Dunia II diluluh-lantahkan oleh pasukan Nazi ini, lahir produk Rusia paling populer di dunia.
Mikhail Kalashnikov seorang komandan pasukan tank Tentara Merah, Uni Sovyet ‘Marshal Katukov’s First Tank Army’ yang menggunakan tank T-34, dengan pangkat sersan senior terluka cukup parah karena tank-nya dihantam bom pasukan Jerman. Ia tersungkur. Saat dirawat di rumah sakit Bryansk, kepada temannya Kalashnikov mengatakan, ia memendam hasrat untuk membalas.
Mikhail Timofeyevich Kalashnikov, lahir pada 10 November 1919 di Krai Altai, Rusia. Ia direkrut oleh Tentara Merah pada tahun 1938 karena kompetensinya merancang senjata. Sejak bergabung dengan pasukan militer, Kalashnikov lebih banyak bergelut di bidang permesinan. Kemudian ia mendalami mekanisme persenjataan tank. Kalashnikov dikenal sebagai ahli mekanik Tank di kesatuannya.
Namun, kekalahan dari pasukan Nazi di Bryansk membuka satu kecacatan strategi juga persenjataan pasukan merah. Banyak pasien di bangsal rumah sakit yang juga rekan-rekanya di resimen mengeluhkan, mereka tidak mempunyai senjata tempur otomatis. Hal itu dianggap sebagai biang kekalahan pasukannya.
Aib tak boleh terulang. Pemerintah Uni Sovyet menyadari kekurangan dalam sistem persenjataan mereka. Bagaimanapun Perang Dunia Kedua yang berlangsung antara 1939-1945 mesti disiasati dengan perkembangan strategi dan teknologi. Kala itu, perang terbuka umumnya terjadi antar pasukan infanteri, hanya di medan-medan tertentu saja digunakan senjata artileri atau pesawat tempur.
Sayembara pun dibuka. Kalashnikov tertarik membuat desain senjata mutakhir. Akan tetapi, dalam percobaan pertama, rancangannya dinyatakan gugur, tidak terpilih. Pengalamannya bertempur dengan pasukan Nazi membuka wawasannya, Kalashnikov terinspirasi senapan serbu otomatis milik pasukan Nazi Jerman, Sturmgewehr 44 atau StG44.
Mulailah Kalashnikov merancang senapan ukuran kaliber 7.62x39mm dengan sistem pengoperasian gas dan selongsong berputar. Dia pun seperti paham adagium ‘amati, tiru, modifikasi’ beberapa komponen dari berbagai senapan lain pada saat itu, yakni bagian carbine mirip M1 Garand Amerika Serikat, mekanisme pengaman dari Remington Model 8, serta sistem peluru dan gas dari Sturmgewehr 44.
Karya ‘modifikasi’ senjata Kalashnikov itu kemudian diajukan kepada pabrik senjata IzhMash yang berwenang memproduksi perlengkapan senjata Uni Sovyet. Kerja keras Kalashnikov terbayar, Kolonel Teknik Vladimir Sergeyevich tersenyum. Sejak tahun 1948 ‘Avtomat Kalashnikova’ ditetapkan menjadi senapan standar Uni Sovyet, dan pada tahun 1949, senapan serbu AK-47 (Avtomat Kalashnikova Obrazetsa) berkaliber 7,62 mm ini mulai diproduksi secara massal dan dipakai oleh seluruh pasukan Infanteri Tentara Merah.
Tidak hanya itu, setelah Perang Dunia Kedua usai, produk yang awalnya hanya digunakan militer Uni Sovyet, kemudian secara umum digunakan di negara-negara blok Pakta Warsawa. Karena dinilai bagus, murah dan mudah digunakan, AK-47 menjadi laku keras, dan tidak lama kemudian senjata itu sudah menyebar ke seluruh dunia. AK-47 menjadikan salah satu merek Rusia yang paling dikenal.
AK-47 laku keras, namun bukan berarti senapan yang awalnya diproduksi IzhMas itu tidak memiliki kelemahan, dari segi berat, kecepatan peluru, dan jumlah peluru yang ditembakkan per menitnya, masih di bawah M16 buatan musuhnya, Amerika Serikat.
AK-47 adalah senjata yang sangat tradisional dengan desain konvensional dan menggunakan bahan baku ‘biasa’, baja dan kayu. Berbeda dengan M16 yang lebih ringan, mudah ditenteng karena menggunakan bahan aluminium sebagai penggnti baja. Dari segi teknik AK47 tergolong senjata berteknologi rendah.
Akan tetapi, dari segi ketepatan, daya tembus, dan energi tumbukan terhadap sasaran, serta ketahanan, AK-47 boleh bertepuk dada. Contoh paling nyata, saat perang Vietnam terjadi banyak pasukan Amerika yang tewas di medan tempur dengan senjata M16 yang ‘jamming’, tidak berfungsi.
Padahal di medan perang tidak boleh ada kesalahan sedikitpun, beberapa detik saja lengah, berondongan senapan lawan menyalak, mengambil nyawa. Kemenangan pasukan Viet Cong, bisa pula dikatakan kemenangan AK-47 dari M16, tentu juga berkat strategi jitu tentara Vietnam yang menguasai medan tempur, dan memanfaatkan kelemahan musuh.
Seiring zaman, AK47 mulai dikembangkan oleh banyak negara, sebagaimana Kalashnikov menggunakan rumus modifikasi dari StG44, AK47 juga banyak ditiru pabrikan senjata negara lain. Beberapa senjata yang desain serta komponennya diduga menjipkak AK-47 yakni Galil buatan Israel, Senapan Rk62/76 dan Rk95 Tp dari Finlandia, INSAS asal India, QBZ-95 dan Zastava M76 serta M77/82 buatan Yugoslavia, serta Norinco tipe 86S buatan China.
Bahkan setelah bubarnya Pakta Warsawa, penjualan AK-47 sangat tidak terkendali. Senjata AK-47 menjadi identik dengan kelompok separatis dan berbagai aksi terorisme. Di berbagai wilayah yang kerap dilanda konflik, seperti Timur Tengah, AK-47 lebih mudah didapat, karena menjadi produk utama di pasar gelap senjata. Karena mudah digunakan dan efektif, banyak kelompok pemberontak yang memakai AK-47 dibanding senjata jenis lain.
Ada indikasi, Amerika Serikat melalui CIA menyuplai senjata AK-47 dari China dan Pakistan untuk serdadu militan yang sedang mereka dukung di wilayah-wilayah konflik Afghanistan, Suriah dan Irak.