Pengembangan seluruh lapangan Banyu Urip terdiri atas Fasilitas Pengolahan Pusat, jalur pipa darat dan lepas pantai, fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung (Floating Storage and Offloading-FSO), serta fasilitas-fasilitas infrastruktur pendukung.
Produksi Lapangan Migas Banyu Urip berpotensi dinaikkan hingga 300 ribu barel per hari untuk tahun 2018. Saat ini Lapangan Banyu Urip di Jawa Timur tingkat produksi per harinya rata-rata di atas 200 ribu barel. Saat ini, dengan tingkat produksi di atas 200 ribu bph, Banyu Urip menyumbang 25% terhadap lifting minyak nasional yang sekitar 815.000 barel per hari.
Dengan tingkat produksi itu, Banyu Urip menjadi lapangan minyak dengan kontribusi terbesar kedua setelah lapangan migas Rokan di Dumai, Riau, yang dikelola Chevron Pacific Indonesia dengan tingkat produksi rata-rata 250 ribu barel per hari.
Lapangan migas yang berlokasi di Cepu ini dikelola oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dengan pengusahaan saham 45% Exxon, Pertamina 45% dan 10% oleh tiga Pemerintah Kabupaten yaitu Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban di Jawa Timur dan Kabupaten Blora, Jawa Tengah. ExxonMobil memegang 45% saham partisipasi Blok Cepu hingga tahun 2035.
Lapangan Minyak Banyu Urip merupakan pengembangan pertama di dalam wilayah kerja Blok Cepu dengan cadangan minyak mentah yang diperkirakan sebanyak 450 juta barel yang diumumkan pada April 2001. Awalnya, tingkat produksi lapangan Banyu Urip diproyeksikan sekitar 165 ribu barel per hari. Namun ternyata, produksinya terus meningkat hingga di atas 200 ribu barel per hari.
Banyu Urip mulai berproduksi dengan kapasitas 20.000 barel minyak per hari pada Agustus 2009. Setelah dilakukan pengembangan, meningkat menjadi 80.000 barel per hari pada saat dimulainya start-up di tahun 2015.
Pengembangan seluruh lapangan Banyu Urip terdiri atas Fasilitas Pengolahan Pusat (Central Processing Facility – CPF), jalur pipa darat dan lepas pantai, fasilitas penyimpanan dan alir-muat terapung (Floating Storage and Offloading-FSO), serta fasilitas-fasilitas infrastruktur pendukung.
Fasilitas Pengolahan Pusat terletak sejauh 10 kilometer dari sisi tenggara Cepu dan 20 kilometer dari sisi barat daya Bojonegoro, yang berfungsi mengolah minyak yang dihasilkan.
Minyak yang telah diolah kemudian dialirkan melalui pipa berdiameter 20 inci dan sepanjang 72 kilometer ke pesisir Tuban. Dari pesisir, minyak dialirkan melalui pipa bawah laut sepanjang 23 kilometer menuju fasilitas FSO. Minyak mentah kemudian diekspor dan diangkut ke pasar domestik dan internasional oleh kapal-kapal tanker.
Pada tahun 2014, pipa darat dan lepas pantai telah selesai dibangun, begitu pula dengan fasilitas FSO Gagak Rimang yang telah ditambatkan secara aman di lepas pantai Tuban. Pada April tahun 2015 dilakukan pengangkatan minyak komersial pertama dari Banyu Urip, kemudian Desember 2015, produksi dari CPF dimulai untuk mencapai puncak produksi di 2016.