Ketika industri minyak dan gas dunia mengalami slowdown, Indonesia justru merampungkan lima proyek lapangan migas benilai investasi miliaran dollar Amerika Serikat. Lima lapangan migas itu akan meningkatkan lifting gas dan kondensat serta penerimaan migas.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu (SKK) Migas, Amien Sunaryadi mengemukakan, tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo telah berhasil menyelesaikan lima proyek raksasa hulu migas, plus satu proyek yang sudah masuk keputusan investasi final atau final investment decision (FID).
Amien mengatakan, mulai berproduksinya lima proyek hulu migas tersebut membuktikan bahwa di tengah lesunya investasi hulu migas di dunia, investasi hulu migas di Indonesia masih sangat prospektif.
“Selama periode 2014 hingga 2017 atau tiga tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo ada lima proyek besar yang diselesaikan dan satu proyek besar berhasil FID,” kata Amien.
Amien, ada satu hulu migas yang berhasil masuk keputusan investasi final (FID) yaitu proyek Lapangan Tangguh Train 3. Ia menjelaskan, proyek Tangguh Train 3 adalah satu dari dua proyek hulu migas di dunia yang berhasil masuk FID. Satu proyek lain adalah lapangan gas laut dalam Kaikias di Teluk Meksiko, Amerika Serikat yang dikerjakan oleh Shell.
“Ini sebagai gambaran bahwa iklim investasi LNG Indonesia masih menarik. Sementara di negara lain tidak ada yang FID, kecuali satu (Kaikias, Teluk Meksiko),” kata Amien.
Salah satu proyek yang dirampungkan dan mulai berproduksi pada tahun 2017 adalah Lapangan BD di Wilayah Kerja Migas Selat Madura. Lapangan gas yang diresmikan pada 27 September 2017 ini dioperasikan oleh HCML (Husky CNOOC Madura Ltd.).
Lapangan Madura BD, Blok Madura Strait mulai mengalirkan gas sebanyak 40 juta kaki kubik per hari ke PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., dengan harga US$7 per juta british thermal unit (MMBTU).
HCML mengolah gas tersebut di floating production storage, and offloading (FPSO) Karapan Armada Sterling III yang berkapasitas 110 MMSCFD gas dan kondensat 7.000 barel per hari.
General Manager HMCL, Huang Chunlin mengatakan saat ini produksi gas Lapangan BD yang ditampung di FPSO Karapan Armada Sterling sebanyak 30 -40 MMSCFD dan kondensat sekitar 3.000 barel per hari (bph).
Saham Lapangan Madura BD dimiliki oleh perusahaan migas Kanada, Husky Energy 40%, CNOOC Limited 40%, dan 20% oleh Samudera Energy Limited, perusahaan migas swasta Indonesia yang didirikan oleh Patrick Sugito Walujo, menantu tokoh Astra International, T.P. Rachmat. Lapangan Madura BD berada di Selat Madura, antara Pasuruan dan Kabupaten Sampang, Pulau Madura.
Lapangan gas lain yang mulai beroperasi adalah lapangan gas Jangkrik di Blok Muara Bakau, Selat Makassar, Kalimantan Timur yang mulai produksi 15 Mei 2017 dengan kapasitas 450 MMSCFD per hari dan kondensat sebanyak 4.100 barel per hari.
Gas dari Lapangan Jangkrik yang dioperasikan oleh ENI Italia ini dialirkan ke FPSO berukuran 200 x 46 x 40 meter yang ditambat di Muara Bakau. Saham proyek gas Jangkrik dimiliki ENI Muara Bakau 55%, Engie E&P 33,3%, dan PT Saka Energi Muara Bakau 11,7%.
Kilang terapung ini bakal menyokong produksi minyak dan gas dari proyek gas laut dalam (Indonesia Deepwater Development) Eni di seluruh Blok Muara Bakau, sekitar 70 kilometer lepas pantai Kalimantan Timur.
Gas yang dihasilkan dari 10 sumur produksi ini disalurkan melalui pipa bawah laut sepanjang 79 kilometer ke kilang gas alam cair (LNG) Bontang, dan akan dipakai oleh PLN sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
Fasilitas lapangan Jangkrik ini juga akan dipakai ENI untuk mengalirkan gas dari Lapangan Merakes di Blok Sepinggan Timur, Selat Makassar ke Kilang Bontang, Kalimantan Timur. Di proyek lapangan Merakes dengan investasi US$4,2 miliar ini, ENI menguasai 85% saham sedangkan 15% dipegang Pertamina.
Lapangan Merakes menyimpan cadangan gas sebanyak 2 triliun kaki kubik (TCF) dan mulai berproduksi tahun 2019. Di proyek lain, yaitu IDD Bangka dan Gendalo-Gehem ENI menguasai 20% saham.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan meminta Eni menggabungkan fasilitas pengolahannya dengan lapangan yang dikelola kontraktor lain demi efisiensi.