Jakarta, Portonews.com – Merosotnya produksi migas dalam negeri berdampak makin tingginya impor minyak oleh Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri, setiap harinya Indonesia harus impor ratusan ribu barel minyak dari luar negeri.
Rata-rata konsumsi BBM mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara produksi yang bisa dicapai berdasar data terakhir dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) hanya 770 ribu barel per hari. Ini bahkan lebih rendah dibanding target APBN 2018 yang mematok 800 ribu barel per hari.
Tidak imbangnya produksi dan konsumsi ini membuat Indonesia ketergantungan minyak impor. Menurut data wordtopexports.com, sepanjang 2017 nilai impor minyak mentah Indonesia mencapai 8,2 miliar dollar Amerika atau setara Rp 117,2 triliun (dengan kurs Rp 14.300). Nilai ini menjadikan Indonesia sebagai importir crude (minyak mentah) terbanyak ketiga di Asia Tenggara.
Peringkat 1 dan 2 masing-masing diduduki oleh Singapura sebanyak 21,4 miliar dollar Amerika dan Thailand 20,1 miliar dollar Amerika .
Berikut peringkatnya berdasarkan data yang dilansir wordtopexports.com, Selasa (20/7/2019).
- Singapura 21,4 miliar dollar Amerika
- Thailand 20,1 miliar dollar Amerika
- Indonesia 8,1 miliar dollar Amerika
- Malaysia 3,9 miliar dollar Amerika
- Filipina 3,5 miliar dollar Amerika
- Brunei Darussalam 1,6 miliar dollar Amerika
- Vietnam 93,2 juta dollar Amerika
Masuknya Indonesia di posisi ketiga, bukan berarti Indonesia lebih baik ketimbang Singapura atau Thailand. Perlu diingat, selain mendatangkan minyak mentah, Indonesia juga masih mengimpor BBM dengan skala besar karena keterbatasan kapasitas kilang dan jenis bensin yang dikonsumsi. Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indonesia impor hasil minyak sebanyak 10 juta ton untuk Januari-Mei 2018.