Jakarta, Portonews.com – Produksi migas dalam negeri yang terus melorot membuat pemerintah terus mengambil langkah untuk melakukan impor. Pada akhirnya, jumlah impor yang tinggi tak sebanding dengan produksi migas membuat neraca perdagangan Indonesia terus tertekan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia terus mengalami deficit migas besar-besaran sejak 2012 lalu. Bahkan, defisit migas konstan terjadi di neraca perdagangan Indonesia sejak 2013.
“Defisit banyak dipengaruhi oleh sektor migas, selalu, kalau kita bicara soal migas itu selalu negatif terus sejak beberapa tahun terakhir ini,” ujar Direktur Statistik Distribusi BPS, Anggoro Dwitjahyono, seperti dikutip CNBC Indonesia, Selasa (10/7/2018).
Pada tahun 2012, ketika harga minyak dunia menyentuh 100- 120 dollar Amerika per barel, defisit migas Indonesia sudah mencapai 5,58 miliar dollar Amerika. Defisit semakin membengkak memasuki tahun 2013, sebesar 12,6 miliar dollar Amerika. Tentun saja ini berimbas ke neraca perdagangan Indonesia yang defisit sampai 4,07 miliar dollar Amerika.
Masuk 2014, defisit tak kunjung pulih bahkan melonjak ke 13,4 miliar dollar Amerika, untungnya saat itu transaksi non migas Indonesia sedang bagus sehingga defisit neraca perdagangan bisa ditekan ke angka 2,18 miliar dollar Amerika.
Turunnya harga minyak dunia, lebih dari separuh harga menjadi di kisaran 40- 50 dolla Amerika per barel, mampu membuat defisit migas menyempit dari 12,6 miliar dollar Amerika jadi 6 miliar dollar Amerika. Transaksi di sektor non migas yang juga moncer akhirnya membuat neraca perdagangan Indonesia selamat dari defisit dan surplus 7,6 miliar dollar Amerika.
Buah surplusnya neraca perdagangan setidaknya masih bisa dicicipi oleh pemerintah hingga akhir tahun lalu. Meski tanpa disadari di kolom transaksi migas angka defisit kembali melebar, dari 6 miliar dollar Amerika perlahan merangkak ke 8,7 miliar dollar Amerika. Pemicunya jelas, harga minyak yang mulai memanjat ke kisaran 60 dollar Amerika per barel.
Di 2018, hingga Mei kemarin, neraca perdagangan Indonesia pun kembali terseok akibat migas. Harga minyak dunia yang terus meroket, diiringi produksi yang meleset dari target membuat transaksi migas defisit hingga 5,03 miliar dollar Amerika. Di sektor transaksi non migas, surplus yang tercatat hanya 2,19 miliar dollar Amerika. Tak mampu mengimbangi defisit migas, alhasil neraca perdagangan Indonesia pun defisit 2,8 miliar dollar Amerika.
Hingga Juli ini, belum ada perbaikan signifikan. Dengan tingginya konsumsi BBM selama musim Ramadan-Lebaran kemarin, diperkirakan neraca perdagangan Indonesia masih belum bisa diselamatkan dari defisit