Jakarta, Portonews.com – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, total komitmen kerja pasti yang dijanjikan kepada pemerintah sampai pada Juli 2018 telah mencapai Rp 23,5 triliun, dan total bonus tanda tangan yang didapat pemerintah sampai periode yang sama sebesar Rp 12 triliun.
“Itu semua sudah termasuk blok Rokan,” tutur Arcandra kepada media ketika dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Dia melanjutkan, jumlah tersebut dihitung sejak tahun ini, dimulai dari April 2018, sejak blok-blok terminasi dimulai. “Dengan adanya komitmen kerja pasti ini merupakan penyelamatan penghematan pendapatan negara yang belum pernah ada sebelumnya,” ujarnya.
Adapun, skema gross split juga dinilai memberi keuntungan lebih besar bagi negara. Sebelumnya, Arcandra pernah mengklaim, sejak diperkenalkannya skema Gross Split tahun lalu, sektor hulu minyak dan gas (migas) Indonesia telah meningkat dengan mantap. Pemerintah Indonesia pun mendapatkan penerimaan yang tinggi sejak skema tersebut diberlakukan.
“Dari kontrak baru dan perpanjangan, Pemerintah Indonesia telah menerima US$ 70 juta bonus tanda tangan, komitmen perusahaan senilai US$ 68 juta (berasal dari PSC baru) dan komitmen kerja perusahaan senilai US$ 1,2 miliar membentuk perpanjangan PSC,” ujar Arcandra ketika dijumpai di gelaran Gas Indonesia Summit, Jakarta, Rabu (1/8/2018).
“US$1,2 miliar belum termasuk blok produksi besar seperti Rokan yang baru saya umumkan kemarin,” tambahnya.
Kendati demikian, pencapaian gemilang belum nampak dari sisi realisasi investasi di sektor ESDM, tercatat sampai pada semester I 2018 realisasinya baru sebesar US$ 9,48 miliar atau setara Rp 137,26 triliun. Capaian tersebut baru sekitar 25,5 persen dari target investasi sektor ESDM tahun ini yang mencapai US$37,2 miliar.
Dari jumlah tersebut, sebesar US$ 5,11 miliar merupakan realisasi investasi dari sektor minyak dan gas bumi (migas), lalu sebesar US$ 2,83 miliar adalah realisasi dari sektor ketenagalistrikan.
Sedangkan, realisasi untuk sektor pertambangan sampai pada semester I 2018 tercatat US$ 790 juta, dan sebesar US$ 750 juta merupakan realisasi investasi di sektor energi baru, terbarukan, dan konservasi energi (EBTKE). Arcandra mengatakan, rendahnya harga energi global dalam tiga tahun terakhir menjadi tantangan tersendiri bagi sektor ini.
“Investasi ESDM ditargetkan terus meningkat di tengah tantangan ekonomi global. Perlu untuk diawasi dan dievaluasi terus menerus agar target tersebut dapat tercapai,” tutur Arcandra kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Di samping itu, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi menjelaskan, khusus di sektor migas, realisasi investasinya tidak bisa dilihat secara per bulan, tetapi pencapaiannya bisa dilihat di akhir tahun nanti.
“Siklusnya realisasi investasi hulu dan hilir migas itu tahunan, tidak bisa diliat perbulan, tetapi bisa kita lihat nanti progresnya akhir tahun. Mudah-mudahan di akhir tahun bisa tercapai targetnya, kami berusaha untuk mencapainya,” tutur Agung ketika dijumpai di kesempatan yang sama.
Adapun, pada 2017, realisasi investasi di sektor ESDM mencapai US$ 27,5 miliar. Dengan rincian US$ 11 miliar berasal dari sektor migas, US$ 9,1 miliar dari sektor ketenagalistrikan, US$ 6,1 miliar dari sektor pertambangan, dan US$ 1,3 miliar dari sektor EBTKE.