Jakarta, Portonews.com – Harga minyak mentah turun sekitar satu persen pada akhir perdagangan Jumat (2/11/2018) atau Sabtu pagi WIB. Dalam satu pekan terakhir, penurunan harganya sudah mencapai lebih dari enam persen.
Investor memperkirakan akan terjadi kelebihan pasokan minyak mentah dunia setelah Amerika Serikat mengumumkan segera memperlonggar sanksi terhadap Iran. Pengumuman itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.
Iran tetap kena sanksi berupa pembatasan perdagangan internasional. Tapi pembeli utama tetap bisa mengimpor minyak dari Iran saat sanksi tersebut diberlakukan mulai Senin (5/11/2018).
Harga minyak mentah Brent berjangka turun enam sen menjadi US$72,83 per barel. Minyak mentah AS turun 55 sen menjadi US$63,14 dolar, terkoreksi sekitar 0,86 persen. Kedua kontrak telah jatuh lebih dari 15 persen dari posisi tertingginya dalam empat tahun terakhir.
Pada awal Oktober 2018, harganya sempat naik karena ada kecemasan bahwa sanksi terhadap Iran bakal mengurangi pasokan minyak dunia.
Pompeo merinci negara mana saja yang masih bisa mengimpor minyak Iran. Namun kabarnya India, Irak, dan Korea Selatan masuk dalam daftar tersebut. Uni Eropa, yang beranggotakan 28 negara, dilarang bertransaksi dengan Iran.
Harga telah berada di bawah tekanan karena produksi minyak dunia telah meningkat secara signifikan dalam dua bulan terakhir. Data Kementerian Energi Rusia menunjukkan pada Jumat bahwa negara itu memproduksi 11,41 juta barel per hari (bph) minyak mentah pada Oktober, tertinggi dalam 30 tahun.
AS percaya bahwa pasokan minyak global akan melebihi permintaan tahun depan, sehingga lebih mudah bagi negara-negara untuk memotong impor minyak Iran ke nol, kata pejabat senior AS, Jumat.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mendorong produksi minyak pada Oktober menjadi 33,31 juta barel per hari, naik 390.000 barel per hari dan tertinggi oleh OPEC sejak 2016. AS menyaingi Rusia untuk menjadi produsen utama, dengan produksi minyak mentah AS sekarang di atas 11 juta barel per hari.