Jakarta, Portonews.com – Latihan perang bersandi Vostok 2018 menjadi ajang Rusia memamerkan senjata mutakhirnya. Berbagai mesin perang diuji coba dalam latihan bersama Rusia, China, dan Mongolia yang berlangsung sejak 11 September 2018 itu.
Latihan ini melibatkan lebih dari 300.000 orang tentara; lebih dari 1.000 pesawat, helikopter, dan drone; 36.000 tank, kendaraan lapis baja, dan kendaraan darat lain; serta sekitar 80 kapal dan angkutan laut pendukung.
China mengirimkan hampir 3.200 orang tentara, 900 senjata, serta 30 pesawat dan helikopter.
Pesawat tempur mutakhir Rusia, Su-35, Su-34, tank Tu-90, dan tank China Type 99 juga diuji kemampuannya dalam latihan ini.
Berikut adalah beberapa senjata mutakhir yang dijajal di Vostok 2018.
Rudal Iskander-M
Iskander-M adalah salah satu sistem peluncur peluru kendali bergerak milik Rusia. Rudal yang diluncurkannya bisa dipasangi hulu ledak nuklir. Meski tanpa nuklir, Iskander-M sudah mematikan. Dengan kecepatan rudal mencapai Mach 6 (enam kali kecepatan suara), rudal ini sulit ditangkis atau ditangkal.
Untuk Vostok 2018, beberapa unit Iskander-M kabarnya ditempatkan di kawasan Astrakhan dekat Laut Kaspia. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan lokasinya jauh dari pusat latihan Tsugol di Republik Buryatia, dekat China dan Mongolia.
“Dalam salah satu babak latihan, awak rudal Iskander-M melakukan simulasi penembakan rudal untuk menghancurkan sasaran yang berjarak beberapa ratus kilometer,” kata Kementerian Pertahanan Rusia, Sabtu (15/9/2018).
Selain bisa mengangkut rudal berhulu ledak thermonuclear, dengan daya ledak 500 kiloton, Iskander juga bisa meluncurkan hulu ledak konvensional. Opsinya antara lain bom berdaya ledak tinggi, penembus tanah, peledak bahan bakar-udara, dan bom elektromagnet.
Sistem ini bias meluncurkan rudal balistik jarak menengah, dengan jangkauan sekitar 500 kilometer, atau rudal jelajah R-500.
Rudal Pertahanan Udara S-400
Rusia memperlihatkan kemampuan rudal anti-serangan udara S-400 di latihan perang Vostok 2018. Sebagai salah satu sistem pertahanan udara paling andal, S-400 dapat meluncurkan rudal dengan beragam daya jangkau, mulai dari 40 kilometer hingga 400 kilometer.
Sistem persenjataan ini juga bisa menghantam sasaran di ketinggian 10 meter hingga 30 kilometer. Berkat kemampuannya ini, S-400 memberikan perlindungan berlapis buat Rusia.
S-400 dilengkapi radar mutakhir yang mampu mengendus kekhadiran pesawat siluman. Sistem ini juga memiliki senjata elektronik yang bisa melancarkan serangan elektronik balasan.
Tembakan yang dilepaskan S-400 bisa menghentikan sasaran yang terbang dengan kecepatan 4.800 meter per detik atau Mach15. Satu unit S-400 dapat membawa hingga 72 peluncur dengan 384 rudal. Sistem radarnya mampu melacak 300 sasaran sekaligus dan menyerang 36 sasaran sekali tembak.
Tahun ini Rusia mengirim gelombang pertama S-400 ke China, sesuai kontrak yang dijalin pada 2014. Rusia juga dikabarkan akan mengekspor sistem persenjataan canggih ini ke Turki. Rencana penjualan ini membuat anggota NATO lain kebakaran jenggot.
Tupolev Tu-95MC dan Tu-22M
Sejak pertama kali diperkenalkan pada 1952, Tu-95 masih menjadi andalan Rusia untuk pengeboman strategis. Pesawat ini pun menjadi satu-satunya pesawat baling-baling yang masih digunakan untuk misi pengeboman.
Pesawat ini digunakan untuk sejumlah uji coba nuklir selama Perang Dingin, termasuk menjatuhkan dan meledakkan senjata nuklir paling kuat yang pernah dibuat yaitu Tsar Bomba. Tu-95 juga digunakan dalam misi serangan udara di Suriah pada 2015.
Tu-22M dibuat sebagai pesawat pengebom maritim dan strategis. Pesawat ini digunakan pertama kali pada 1970an. Tu-22M menjadi salah satu andalan Uni Soviet dalam perang di Afghanistan dan hingga kini masih menjadi salah satu alat utama di angkatan udara Rusia. Pesawat ini juga digunakan dalam operasi militer di Chechnya, Georgia, dan Suriah.
Meski sudah tua, Tu-95MS dan Tu-22M tetap menjadi bagian penting dalam strategi Rusia. Sejak 2007, pesawat ini lebih banyak dipakai untuk patroli dan latihan perang.
Rudal Pertahanan Udara Buk M2
Buk disebut-sebut sebagai salah satu rudal pertahanan udara jarak menengah terbaik dunia. Nama sistem persenjataan ini sempat terkenal menyusul insiden jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH-17 wilayah Ukraina pada 2014. Pesawat yang mengangkut 283 penumpang dan 15 awak itu kabarnya jatuh setelah ditembak rudal Buk dari darat.
Varian M2 pertama kali digunakan militer Rusia pada 2008. Sistem rudal ini memiliki empat rudal multi-fungsi 9M317 di satu peluncur. Buk M2 mampu menembak sasaran sejauh hingga 45 kilometer dengan ketinggian hingga 25 kilometer.
Radar baru yang dipasang di sistem ini dapat mengunci sassaran dari jarak 95 kilometer dan menyerang empat sasaran terpisah sekaligus. Senjata ini juga bisa dipakai untuk menghancurkan sasaran yang terbang rendah.