Jakarta, Portonews.com – Rusia bersiap menggelar latihan perang terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin. Kremlin menyebut kegiatan ini dilakukan untuk mengimbangi iklim internasional yang “agresif dan tidak bersahabat terhadap kami”.
Latihan perang ini akan melibatkan sekitar 300.000 orang tentara, 1.000 pesawat tempur, dan 900 tank. Rusia juga mengajak China ikut serta dalam latihan perang yang akan digelar mulai 11 September 2018.
Dalam unjuk kekuatan militer terpisah, Rusia dilaporkan menggerakkan armata kapal perangnya ke lepas pantai Suriah pada Selasa (28/8/2018). Surat kabar Rusia, yang mengutip sumber anonim di Kementerian Pertahanan, mengabarkan bahwa armada kapal perang yang digerakkan ini adalah yang terbesar sejak Moskow melibatkan diri dalam perang saudara Suriah pada September 2015.
Langkah ini diambil menyusul klaim Rusia, yang tidak didukung bukti, bahwa Barat tengah mempersiapkan serangan senjata kimia palsu di Suriah. Serangan palsu itu disebut akan dijadikan alasan untuk menyerang pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Latihan militer Rusia, yang diberi sandi Vostok-2018 (Timur-2018), akan melibatkan angkatan darat dan udara. Kawasan latihan adalah wilayah timur Rusia yang berbatasan dengan China dan Mongolia. Kedua negara itu sudah sering ikut serta dalam latihan perang rutin yang biasanya hanya diikuti Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet.
Partisipasi China, yang akan mengirim helikopter dan sekitar 3.200 orang tentaranya, menegaskan berubahnya peta militer sejak tumbangnya Uni Soviet. Selama puluhan tahun sebelumnya, latihan perang digelar untuk mempersiapkan Tentara Merah menghadapi serangan oleh atau dari China.
Uni Soviet dan China sering bertikai di sepanjang perbatasan terutama di era 1960an. Beberapa kali kedua negara nyaris terlibat dalam perang terbuka karena masalah di perbatasan. Hubungan kedua negara tetap tegang hingga pemimpin Soviet, Mikhail S Gorbachev, mengunjungi Beijing pada 1989.
Presiden Vladimir Putin, yang membuat Rusia dikucilkan Barat menyusul aneksasi Krimea dan ‘penyerbuan’ ke Ukraina, menjalin hubungan erat dengan China. Keakraban ini dibina untuk mengimbangi ‘ancaman’ Amerika Serikat.
Tentang besarnya kekuatan militer yang dilibatkan dalam Vostok-2018, Kremlin menyebutnya sebagai hak Rusia untuk mempertahankan diri.
“Kemampuan negeri ini untuk mempertahankan diri di tengah situasi internasional yang berkembang, yang secara rutin agresif dan tidak bersahabat terhadap kami, tentu saja diperlukan dan tidak ada pilihan lain,” kata juru bicara Kremlin, Dmitri Peskov.