Jakarta, Portonews.com – Ribuan orang Iran turun ke jalan di Teheran, Minggu (4/11/2018). Kutukan ‘Maut untuk Amerika’ terdengar dari pengunjuk rasa yang marah atas sanksi Amerika Serikat terhadap negaranya.
AS menjatuhkan sanksi ekonomi yang menyasar sektor perminyakan Iran. Sanksi tersebut diberlakukan mulai hari ini, Senin (5/11/2018).
Unjuk rasa di Teheran juga diikuti pelajar dan mahasiswa. Dalam aksi yang disiarkan televisi pemerintah itu, massa membakar bendera AS, boneka Paman Sam, dan gambar Presiden AS Donald Trump di depan bekas lokasi kedutaan besar AS.
Aksi kemarin mengembalikan kenangan tentang peristiwa penyerbuan mahasiswa dan pelajar ke kedubes AS pada 4 November 1979, segera setelah tumbangnya Shah Iran. Insiden itu berlanjut dengan drama penyanderaan 52 orang warga AS selama 444 hari. Sejak itu, kedua negara bermusuhan.
Media massa pemerintah mengatakan jutaan orang juga berunjuk rasa di berbagai kota di seluruh Iran. Mereka bersumpah siap membela kepemimpinan Ayatollah Ali Khamenei dalam menghadapi musuh-musuh Iran. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa angka pasti jumlah pengunjuk rasa tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya.
Dalam pidatonya Sabtu (3/11/2018), pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa kebijakan Trump menghadapi perlawanan di seluruh dunia. “Tujuan Amerika adalah mengembalikan dominasi yang pernah mereka miliki. Tujuan itu gagal tercapai. Amerika sudah dikalahkan oleh Republik Islam selama lebih dari 40 tahun terakhir,” kata Khamenei.
Unjuk rasa digelar setiap tahun di lokasi bekas kedubes AS. Tapi tahun ini ada yang berbeda karena bertepatan dengan rencana Trump menerapkan sanksi ekonomi.
Trump mengatakan sanksi terhadap Iran harus diberlakukan karena negara itu belum memenuhi janjinya terkait pelucutan nuklir. Trump juga mengeluhkan bahwa perjanjian nuklir Iran yang ditandatangani pada 2015 terlalu lemah dan hanya menguntungkan Iran. Perjanjian itu juga ditandatangani AS, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan China. Selain AS, negara lain masih mengakui perjanjian tersebut.
Baca juga:
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan sanksi ekonomi yang diterapkan kembali mulai hari ini ‘adalah yang paling berat yang dijatuhkan terhadap Republik Islam Iran’.
Dalam wawancara di acara “Fox News Sunday”, Pompeo mengatakan beberapa negara sudah mengurangi ekspor minyak mentahnya. Sanksi terhadap Iran ini akan memberi kesempatan buat negara-negara itu untuk kembali meningkatkan ekspor. Sayangnya Pompeo tidak merinci negara yang dimaksud.
Pompeo mengatakan bahwa sanksi terbaru ini tidak mengurangi sanksi yang sudah ada. Berdasarkan sanksi sebelumnya, lebih dari 600 orang dan lembaga Iran dilarang melakukan transaksi internasional.
Latihan Tempur
Sementara itu, militer Iran mengumumkan rencana latihan tempur selama dua hari pada 5-6 November 2018. Fokus latihan adalah penguatan pertahanan untuk menghadapi ancaman serangan udara.
Militer Iran juga ingin memastikan bahwa seluruh komponen angkatan bersenjatanya mampu menetralisir segala ancaman dalam bentuk apa pun.
“Kami berani memberi jaminan kepada rakyat Iran bahwa musuh tidak akan bisa mengancam keutuhan negara kita,” kata petinggi militer Iran, Habibollah Sayyari, seperti dikutip kantor berita IRNA.