Jakarta, Portonews.com – Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, saat ini pemerintah tengah membuka kembali lelang reguler untuk enam blok migas atau wilayah kerja. Terdiri dari 3 blok eksplorasi dan tiga blok produksi.
Untuk tiga blok eksplorasi beserta potensinya yakni, pertama Blok Banyumas 45 juta barel ekuivalen, kedua, blok Andika Bumi Kita 250 juta barel ekuivalen, dan blok South East Mahakam 50 juta barel ekuivalen.
Adapun, sebelumnya, ketiga blok eksplorasi tersebut sudah dilirik oleh tujuh investor besar. Namun, lanjut Djoko, ketiganya dilelang kembali karena investor atau badan usaha membutuhkan waktu panjang untuk melakukan evaluasi dokumen lelang.
Sedangkan untuk tiga WK produksi, yakni WK Makassar Strait, Selat Panjang, dan South Jambi B, profilnya adalah sebagai berikut:
1. Makassar Strait
Sampai saat ini masih produksi. Di dalam Makassar Strait ada lapangan West Seno dan Maha, Untuk di West Senototal produksi minyaknya sebesar 716 barel, dan gas 1,4 mmscfd. Adapun, cadangan terbuktinya per 1 Januari 2017 untuk minyak plus kondensat tercatat sebesar 1,8 juta barel. Sedangkan untuk cadangan terbukti gas tercatat sebesar 288 BSCF.
Produksi rata-rata di West Seno untuk 2018 sebesar itu 1.800 BOPD minyak, dan 2,8 MMSCFD gas. Adapun, untuk lapangan Maha, cadangan probable tercatat sebesar 209,7 juta barrel oil equivalent (BOE), ini sudah minyak, kondensat, dan gas.
2. Selat Panjang
Produksinya sempat terhenti sejak dua tahun lalu, namun sempat melakukan produksi terakhir di 21 Februari 2018, namun ditutup sebesar 1 barel perhari. Prospek minyaknya tercatat 1.800 juta barel atau sama dengan 1,8 milyar BOEPD.
“Sempat berproduksi 1.000 BPH, analisis kami, kalau WK ini dibuka lagi, kemudian dibor lagi 82 sumur-sumurnya, itu bisa capai di atas 4000 BPH, dan gasnya bisa kembali ke 20 MMSCFD,” ujar Djoko kepada media saat dijumpai di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (13/8/2018).
3. South Jambi B
Sempat produksi sekitar 1.500 barel per hari. Berhenti berproduksi sekitar 2 tahun yang lalu, karena harga minyak turun, sehingga Conoco Phillips (kontraktor saat itu) melihat tidak ekonomis untuk dioperasikan. Untuk cadangan minyak tinggal probable dan potesi, yakni total 0,6 juta STB, sedangkan untuk cadangan terbukti gas-nya sebesar 217.2 BSCF. Puncak produksi gas ada di 2004-2010, yakni 20 MMSCFD.
Adapun, untuk komitmen kerja pasti selama lima tahun yang akan didapat, estimasi untuk Makassar Strait sebesar US$ 50 juta, Selat Panjang sebesar US$ 70 juta, dan South Jambi B sebesar US$ 50 juta.
Periode lelang dibuka mulai 14 Agustus-20 September 2018, dan pengembalian dokumen lelangnya paling lambat 12 Oktober 2018.Sedangkan untuk WK eksplorasi dimulai pada 14 Agustus-10 Desember 2018, dan tenggar waktu penyerahan dokumen lelang pada 10 Desember 2018.
“Untuk peserta lelang yang sudah ikut pada lelang reguler sebelumnya, dan akan ikut pada lelang kali ini, mesti membeli lagi dokumen lelang seharga US$ 5.000,” pungkas Djoko.
Sebelumnya, pemerintah pernah menjelaskan, tiga blok produksi tersebut dilelang karena sejumlah faktor, di antaranya karena kontraktor eksisting tidak berminat memperpanjang kontrak dan ada juga yang dinyatakan pailit.
Adapun, Makassar Strait akhirnya berujung menjadi blok terminasi, setelah Chevron sebagai salah satu kontraktor eksistingnya memutuskan untuk mundur. Begitu juga Pertamina serta Sinopex, tidak berminat melanjutkan operasional mereka di WK tersebut.
Djoko mengatakan, Chevron memutuskan untuk tidak memperpanjang operasional mereka di WK tersebut karena didasarkan alasan keekonomian. Ini karena Chevron meminta diskresi mendapatkan tambahan porsi saham di atas ketentuan gross split yang diatur pemerintah.