Jakarta, Portonews.com – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar meminta negara-negara produsen minyak bumi mengembangkan energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan.
“Kami menekankan dampak ketergantungan pada energi berbasis fosil sehingga negara-negara penghasil minyak harus menyadari pentingnya energi baru yang ramah lingkungan, dan meminta mereka untuk segera membuat kebijakan tentang hal tersebuy,” katanya pada Forum Komisi Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) Forum Majelis Parlemen Asia (APA) di Pissouri Bay, Siprus, 27-28 Juni.
Dalam siaran pers yang diterima, di Jakarta, Kamis (28/6/2018), Rofi mengatakan, isu-isu lingkungan seharusnya tidak menjadi penghalang bagi perdagangan global dan kerja sama ekonomi. Ha tersebut karena pertumbuhan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang sangat penting. Dengan demikian semua negara di dunia harus mempertahankan pemahaman bersama tentang isu-isu tersebut.
Rofi meminta anggota APA untuk menegaskan kembali komitmen global dalam menekan kenaikan suhu di bawah dua derajat celsius. Dia juga mengingatkan negara-negara penghasil minyak bumi tentang bahaya menarik diri secara sepihak dari Perjanjian Paris sebagaimana yang dilakukan oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Rofi Munawar merupakan ketua delegasi Indonesia yang hadir dalam forum tersebut bersama anggota DPR RI Venna Melinda dan Siti Masrifah.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, hingga akhir 2017, porsi batu bara dalam bauran energi pembangkit listrik nasional tercatat sebesar 57,22 persen.
Nilai tersebut merupakan yang terbesar di antara jenis bahan bakar lainnya. Selebihnya, sumber energi listrik berasal dari gas bumi sebesar 24,82 persen, Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 5,81 persen dan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 12,15 persen.
Pemerintah terus mengupayakan porsi BBM dalam bauran energi di pembangkit listrik nasinal terus turun. Pada akhir tahun 2017, porsi BBM tersebut mengalami penurunan signifikan hingga lebih dari separuh dibanding bauran BBM untuk pembangkit pada 2014 yang mencapai 11,81 persen.(ant/dan)