Jakarta, Portonews.com – Nilai tukar Rupiah yang semakin babak belur dihajar Dollar Amerika Serikat (AS) tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi seperti tahun 1998. Rupiah tercatat menyentuh nilai terendahnya sepanjang tahun 2018, yakni Rp 14.500 per Dollar AS.
“Pelemahan Rupiah yang terus berlangsung ini tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis keuangan seperti tahun 1998,” katanya seperti dilansir, CNBC Indonesia, Rabu (25/7/2018).
Tony menjelaskan, depresiasi Rupiah kali ini tidak berpotensi mengalami krisis seperti tahun 1998 karena kondisinya jauh berbeda. Pada 1998, nilai tukar Rupiah bergerak dari Rp 2.300/US$ menjadi Rp 15.000/US$, sedangkan saat ini nilai tukar hanya naik dari Rp 13.700/US$ menjadi Rp 14.500/US$.
“Jadi harap dibedakan. Orang jangan membandingkan Rp 14.500 mirip seperti tahun 1998 sebesar Rp 15.000 karena 1998 loncat jauh, free fall,” kata dia.
Dengan kondisi ini, dia menekankan agar pasar tidak terlalu khawatir dengan kondisi Rupiah saat ini. Apalagi pelemahan Rupiah ini dinilai disebabkan oleh kondisi global.
Tony melanjutkan, setidaknya ada tiga faktor yang membuat nilai tukar rupiah terus terjungkal. Pertama, perang dagang yang pada dasarnya dinilai lebih berbahaya karena akan menekan neraca perdagangan Indonesia menjadi lebih sulit. Dengan adanya proteksionisme dan pengenaan tarif maka perang dagang itu dampaknya negatif dan itu akan memberi tambahan tekanan kepada Rupiah.
Kedua, Rupiah itu juga memburuk karena harga minyak yang terus merangkak naik. Ini membuat peta Rupiah semakin sulit. Begitu harga minyak naik di 70-75 US$ per barrel, maka APBN mengalami masalah besar.
“Karena kalau kenaikan harga minyak dunia dibebankan kepada konsumen akan menimbulkan keresahan yang tidak baik untuk tahun politik. Tapi kalau dibebankan ke APBN maka APBN akan bermasalah. Tahun ini minyak membuat tekanan besar ke rupiah,” imbuhnya.
Ketiga, disebabkan oleh kenaikan suku bunga bank sentral AS atau The Fed. Suka atau tidak suka, situasi ekonomi AS membaik menjadi masalah besar bagi ekonomi di seluruh dunia termasuk Indonesia.