Jakarta, Portonews.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah. Sampai dengan Kamis (30/8/2018), rupiah terus rontok hingga menyentuh angka Rp 14.675 per dolar AS. Nilai ini merupakan yang terlemah sejak Oktober 2015. Ketika itu, rupiah bertengger pada posisi Rp 13.565 per dolar AS.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menuturkan pelemahan rupiah tidak terlepas dari faktor eksternal, terutama di AS. Kebijakan penaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) dan beberapa kebijakan Presiden AS Donald Trump dinilai telah memperkuat dolar AS.
“Hal itu bagus untuk AS tetapi itu akan memengaruhi semua negara,” ujar Enggartiasto dalam wawancara dengan koresponden senior CNBC di Singapura, Sri Jegarajah, kemarin.
Menurut dia, Pemerintah RI akan terus menggunakan bauran kebijakan fiskal dan moneter dalam mempertahankan rupiah dari pelemahan. Saat ditanya apakah dia meyakini langkah-langkah itu akan berdampak, Enggartiasto menjawab, “Iya, saya yakin.”
Otoritas keuangan dalam negeri, termasuk Bank Indonesia, telah menjadikan penyelamatan mata uang rupiah sebagai prioritas. Tercatat sejak Mei lalu, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali.
Pemerintah juga mengumumkan langkah-langkah untuk mengatasi tekanan terhadap rupiah. Salah satunya mengenakan tarif pajak terhadap beberapa barang impor yang dapat dibuat di dalam negeri. Langkah ini bertujuan mengurangi tekanan terhadap rupiah.
Lebih lanjut, Enggartiasto meyakini Indonesia bukanlah target dari langkah investor hengkang dari pasar keuangan dalam negeri. Dia kembali menegaskan bahwa pelemahan mata uang adalah dampak normal dari kondisi moneter global yang mengetat.