Jakarta, Portonews.com – Presiden Joko Widodo mengungkapkan rasa kekecewaannya karena implementasi bauran minyak kelapa sawit dalam solar sebanyak 20 persen atau B20, belum terlaksana sepenuhnya dengan baik.
Padahal, lanjut Jokowi, implementasi B20 secara menyeluruh bakal menghemat devisa hingga US$21 juta (Rp 305,1 miliar) per hari. Oleh karena itu, percepatan pelaksanaan B20 wajib segera dilakukan.
“Saya kira sudah beberapa kali kita bicarakan mengenai ini, dan saya hanya melihat implementasi di lapangan ini betul-betul belum sesuai yang kita harapkan,” kata Jokowi dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Jumat (20/7/2018).
Dia menagih komitmen kementerian, lembaga, dan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ia nilai belum mendorong realisasi B20 dan kemudian meningkatkan menjadi B30. Pasalnya, Jokowi menyebut Indonesia tidak bisa selamanya bergantung pada bahan bakar fosil.
“Selain karena energi fosil akan habis, kenapa ini ingin saya tekankan terus dan prosesnya akan saya lihat terus, pertama menyangkut perbaikan neraca perdagangan kita yang penting sekali dan kita juga ingin mengurangi impor minyak. Kita bisa hemat US$21 juta per hari,” tuturnya.
Selain itu, Jokowi juga menekankan perhatian terhadap aspek keamanan dalam penggunaan B20. Dia menyatakan akan terus mengawasi pelaksanaan B20 ini.
“Saya akan lihat terus apakah implementasi pelaksanaan ini betul-betul menjadi komitmen kita bersama, tidak berhenti pada target di atas kertas tetapi betul-betul menjadi komitmen kuat untuk setiap Kementerian, lembaga, BUMN,” paparnya.
“Tidak kalah pentingnya adalah memastikan keamanan dan keandalan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif sehingga penggunaan biodiesel semakin meningkat dan luas.”
Indonesia perlu melakukan percepatan penggunaan biodiesel dan energi baru terbarukan karena saat ini penggunaan energi fosil masih sangat dominan dari bauran energi nasional dan sedangkan pemanfaatan energi baru terbarukan masih sangat kecil, tambahnya.