Jakarta, Portonews — Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia, Faisal Basri menilai kebijakan ekonomi yang dipakai pemerintahan saat ini diibaratkan bak strategi pragmatis yang kerap dipakai Jose Mourinho, pelatih klub Manchester United. Kebanyakan bertahan, namun alfa menyerang, akhirnya kalah telak 0-3 atas Tottenham Hotspur di partai terakhirnya di Liga Inggris.
“Defense (pertahanan) yang jelek adalah seperti strategi Mourinho, parkir bus. Padahal, seharusnya defense harus dengan counter attack (serangan balik) yang bagus,” kata Faisal, seperti dilansir dari CNN.com.
Tantangan terbesar pemerintah dalam menakar konfigurasi makroekonomi saat ini adalah merapatkan kembali jurang current account deficit (CAD) atau defisit transaksi berjalan yang terus melebar.
Gejala eskternal seperti perang dagang Amerika Serikat-China, penguatan ekonomi Amerika Serikat yang berimplikasi pada penguatan dolar (termasuk terhadap rupiah). Selama periode Januari-Agustus 2018, rupiah terdepresiasi sekitar 9%, dari Rp13.400 menjadi Rp14.700 per dolar Amerika Serikat.
Strategi pertahanan yang dipakai pemerintah saat ini dengan membatasi laju impor barang konsumsi dinilai Faisal kurang tepat karena berpotensi mendapat balasan dari negara lain, misalnya sanksi retaliasi atau balasan serupa. “Lagipula masa menentukan apa yang boleh dipakai dan tidak, ini bukan negara komunis. Sedangkan subtitusi produk impor ke dalam negeri, itu butuh waktu,” jelasnya
Namun sebaliknya, ketimbang membatasi impor, pemulihan defisit transaksi berjalan akan lebih ampuh dengan meningkatkan ekspor bahkan tidak resisten terhadap kegiatan perekonomian di dalam negeri. Pembatasan impor hanya mengurangi devisa yang dibutuhkan untuk pembayaran. Namun, ekspor mendatangkan devisa baru bagi Tanah Air.
Lebih lanjut, menurut Faisal Basri, pemerintah dapat meningkatkan ekspor dengan mencari industri baru sebagai penyerang utama atau striker, misalnya memaksimalkan industri makanan dan minuman (mamin) dan farmasi. Sebab, sektor industri andalan yang dulu, misalnya yang berorientasi sumber daya alam, seperti perkebunan dan pertambangan sedang melemah.