Jakarta, Portonews.com – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersumpah negaranya tidak akan tunduk pada kehendak Amerika Serikat (AS). Pernyataan ini kembali memanaskan tensi ‘jual beli ancaman’ antara Ankara dan Washington.
Dua anggota Pakta Pertahanan Amerika Utara (NATO) itu terlibat dalam perselisihan setelah Turki menolak membebaskan seorang pastor Amerika, yang kemudian dibalas oleh Presiden AS Donald Trump dengan menjatuhkan sanksi dagang.
Akibatnya, mata uang Turki, Lira rontok hingga 20 persen setelah AS memberlakukan hukuman tersebut pada hari Jumat pekan lalu.
“Kami tidak akan menyerah kepada mereka yang menampilkan diri mereka sebagai mitra strategis, tetapi pada saat yang sama membidik kami sebagai target strategis,” kata Erdogan di hadapan kongres partainya, Justice and Development Party (AKP), seperti dilansir dari AFP, Minggu (19/8/2018).
“Sebagian pihak mengancam dengan sanksi ekonomi, nilai tukar, suku bunga bank, dan inflasi. Kami tahu rencana jahat kalian dan kami tetap melawan,” tegasnya lagi.
Kantor Berita Turki Anadolu melaporkan Erdogan kembali terpilih sebagai Ketua Umum AKP dalam kongres tersebut.
Pekan lalu, Trump menyatakan AS akan melipatgandakan tarif aluminum dan baja dari Turki, yang kemudian dibalas oleh Erdogan dengan menaikkan pajak impor sejumlah besar produk dari AS.
Turki juga mengumumkan akan membalas apabila Washington tetap memberlakukan sanksi lanjutan. Sedangkan di sisi lain, pengadilan Turki menolak banding pastor Brunson yang menjadi sebab ketegangan dua negara itu. Lira secara total telah terdepresiasi hampir 40% sepanjang tahun ini akibat saling balas sanksi tersebut.