Jakarta, Portonews.com – Investor asal China dan Perancis tertarik untuk membangun pabrik baterai lithium di wilayah Halmahera, Maluku Utara. Rencanya hasil produksi dari pabrik ini akan dimanfaatkan untuk industri mobil listrik.
Hal tersebut dibenarkan Menteri Perindustrian Airlaingga Hartarto. Dia menjelaskan kedepannya akan ada pembangunan pabrik tersebut. Pabrik tersebut nantinya akan mengolah nikel dan kobalt yang akan diolah menjadi baterai.
“Pabrik yang akan dibangun terkait pabrik nikel base yang ada di Halmahera. Jadi itu akan mengambil nikel menjadi nikel murni, nah itu akan diekstraksi kobalt untuk baterai juga,” kata Airlangga di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (5/8/2018).
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan investor asing ini di tahap awal akan menggelontorkan dana senilai US$ 5 miliar untuk tahap awal investasinya. Dan secara bertahap nilai investasinya akan ditambah.
Luhut mengatakan dua investor yang akan membangun pabrik itu adalah Tsingshan Group (China) dan Eramet Group (Prancis) dengan total nilai investasi mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 144 triliun.
Di Indonesia, Tsinghan dan Eramet saat ini sudah bekerjasama di bawah bendera PT Weda Bay Nickel. Weda Bay Nickel sendiri merupakan kawasan industri dan salah satu tambang yang memiliki deposit nikel terbesar di dunia hingga 9,3 miliar ton, berlokasi di Pulau Halmahera. Eramet sendiri dikenal sebagai korporasi yang gencar mencari cadangan lithium di berbagai belahan dunia.
Diberitakan Reuters pada 5 Juli 2018, Eramet tengah mencari cadangan lithium di Chile, Argentina dan Brasil untuk meningkatkan portofolio perusahaan khususnya dalam penggunaan mineral seperti baterai untuk mobil listrik.