London, Portonews.com – Sebuah drone berukuran besar melumpukan Bandar Udara Gatwick, yang terletak di belahan selatan London, Kamis (20/12/2018). Akibatnya ribuan orang penumpang tertahan di bandara terbesar kedua di Inggris itu.
Polisi mencari orang yang mengoperasikan drone itu tapi gagal menemukannya. Setiap kali pihak bandara membuka landas pacu, drone misterius itu muncul.
Kepolisian Inggris mengatakan tidak ada tanda-tanda aksi terorisme dalam kejadian ini. Drone tersebut pertama kali terlihat pada Rabu malam.
“Berdasarkan pengamatan, kami belum perlu menggunakan senjata api. Namun kami terus mengamati perkembangannya, dan mempertimbangkan kemungkinan mengerahkan petugas bersenjata api,” kata Jason Tingley dari kepolisian setempat seperti dikutip kantor berita Reuters, Jumat (22/12/2018).
Eurocontrol, badan pengawas lalu lintas udara Eropa, mengatakan Bandara Gatwick tetap ditutup hingga Jumat pukul 06.00 GMT.
Angkatan bersenjata juga dikerahkan untuk mengatasi masalah ini. “Kami akan berada di sana untuk membantu dan melakukan yang dapat kami lakukan,” kata Menteri Pertahanan Inggris, Gavin Williamson.
Drone misterius kembali terlihat sekitar pukul 22.00 GMT pada kami malam, lebih dari 24 jam sejak kemunculan pertamanya. Pihak bandara mengatakan aktivitas penerbangan tetap dihentikan hingga Kamis malam. Akibatnya, sekitar 115.000 orang penumpang gagal terbang. Sebagian besar adalah penumpang yang berlibur dalam rangka hari raya Natal.
Juru Bicara Perdana Menteri Theresa May mengecam tindakan yang disebutnya “tidak bertanggung jawab dan sangat tidak bisa diterima”.
Salah satu penumpang tujuan Georgia, Ani Kochiashvili, terpaksa menunggu enam jam di ruang tunggu bandara bersama anak-anaknya.
“Saya amat terganggu oleh kejadian ini. Saya bersama dua orang anak, seorang tiga tahun dan satu lagi baru berusia tiga bulan,” ujarnya.
“Kedua anak saya butuh ruang dan makanan yang cukup. Saya harus mengganti popok dan pakaian mereka. Bandara tambah ramai, jadi saya harus kerja keras,” kata Kochiasvili.
Aktivitas penerbangan dihentikan pada pukul 21.03 GMT Rabu setelah dua drone terlihat melayang dekat landas pacu. Kejadian ini memicu gangguan terbesar di Gatwick setelah adanya awan vulkanik pada 2010.
Menteri Perhubungan Chris Grayling mengatakan ada orang yang sengaja menerbangkan drone untuk melumpuhkan bandara.
“Drone-nya adalah drone komersial. Setiap kali Gatwick mau dibuka, drone itu kembali muncul,” kat Grayling
Chief Operating Officer Gatwick, Chris Woodroofe, menggambarkan drone misterius itu adalah drone kelas berat.
“Menurut polisi, menembak drone itu amat berisiko karena peluru yang nyasar tidak bisa diperkirakan arahnya,” kata Woodroofe seperti dikutip BBC.
Peter Lee, pakar drone dari Universitas Portsmouth mengatakan bahwa dia dan rekannya sudah menduga gangguan seperti ini bakal terjadi.
“Salah satu kecemasan saya saat ini adalah bisa banyak orang yang menirunya. Semua orang jadi tahu bahwa siapa saja bisa menyebabkan ganguan serius dengan biaya yang amat murah,” kata Lee.
Pemerintah melarang penerbangan drone dalam jarak 1 kilometer dari batas luar bandara. Pelanggaran atas larangan itu diganjar hukuman lima tahun penjara.
Pengelola Bandara Gatwick mengatakan terus berkomunikasi dengan maskapai penerbangan, termasuk dengan yang terbesar seperti British Airways dan Norwegian, untuk membahas rencana pemulihan begitu bandara kembali dibuka.
Gatwick, yang bersaing ketat dengan Heathrow, bandara paling sibuk di Eropa, sebelumnya memperkirakan puncak arus penumpang akan terjadi pada hari Minggu (23/12/2018). Penundaan akibat gangguan drone ini membuat penumpukan penumpang terjadi lebih awal.