Jakarta, Portonews.com – Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (Aptri) Soemitro Samadikoen meminta pemerintah sebaiknya menyerap gula petani tebu sebanyak 500.000 ton. Ketimbang melakukan impor gula yang justru semakin membuat petani local merugi akibat kebijakan tersebut.
Dia menjelaskan para petani tebu Indonesia ingin diserap gulanya karena kesulitan untuk menjual gula karena gula rafinasi bocor di pasar konsumsi.
“Kita stok ada 500 ribu ton diharapkan pemerintah melalui Bulog bisa membeli. Saya baru keliling dan menemukan itu di Kalimantan. Beberapa kota dan itu di beberapa kota provinsi dan disana didominasi oleh gula ekspor yang gula putih itu yang dia menggunakan merek seperti panda, merpati semut dan macam-macam lah banyak itu,” ujarnya, Kamis (30/8/2018).
Dirinya menyayangkan adanya gula rafinasi yang bocor ke pasar konsumsi, hal tersebut membuat gula milik petani menjadi tidak laku. “Jadi seluruh produk petani ini harus diserap, atau setidaknya jangan diganggu dengan impor impor ini yang sekarang kita nggak laku,” paparnya.
Ia menginginkan, Bulog yang ditugasi oleh pemerintah untuk membeli gula petani dengan harga 9700/kg. Ia yang mewakili para petani juga menginginkan agar gula yang menumpuk di gudang – gudang pabrik gula kurang lebih 500 ribu ton untuk dibeli.
“Pemerintah harus bertanggungjawab atas gula petani yang tidak laku akibat banjirnya gula impor. Pemerintah harus membeli seluruh gula petani yang tidak laku dengan harga 9.700/kg baik yang digiling di pabrik gula BUMN maupun di pabrik gula swasta tanpa ada diskriminasi . Saat ini gula petani hanya ditawar pedagang Rp 9100- 9200/kg,” jelasnya.