Jakarta, Portonews.com – Pertemuan Grup Bank Dunia (WBG) dan Dana Moneter Internasional (IMF) di Nusa Dua, Bali, sudah berlangsung sejak 8 Oktober 2018. Ada empat aspek yang dibahas yaitu cara meningkatkan investasi; bagaimana mengubah urbanisasi menjadi keuntungan buat negara; indeks sumber daya manusia; dan prinsip memaksimalkan teknologi di bidang keuangan (FinTech).
FinTech adalah sektor yang terus berkembang di antara layanan keuangan dan teknologi informasi. Banyak perusaaan baru (start-up) yang fokus pada teknologi. Tidak sedikit juga pendatang baru di bursa yang membuat inovasi produk dan layanan di industri jasa keuangan tradisional.
Di masa depan, FinTech akan mendongkrak ekonomi digital dunia, termasuk di Indonesia. Hasil akhir yang ingin dicapai terdiri dari 12 prinsip Bali FinTech Agenda yang telah disepakati.
Presiden Joko Widodo dijadwalkan menjadi pembicara utama pada pertemuan yang akan diadakan pada Kamis (11/10/2018.) Acara tersebut kemudian dilanjutkan oleh diskusi panel yang menghadirkan Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim, Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani, dan beberapa delegasi lainnya.
“Pada prinsipnya, Indonesia mendorong ekonomi digital untuk dipertimbangkan masuk dalam Bali Initative sebagai referensi bagi negara-negara untuk mengembangkan teknologi keuangan mereka,” kata Ketua Panitia Pelaksana Pertemuan Tahunan IMF-WBG 2018, Peter Jacobs, dalam siaran persnya.
“Proposal Teknologi Keuangan ini terdiri dari 12 prinsip,” ujarnya menambahkan.
Pertemuan tahunan IMF-WBG ini memberikan kesempatan pada Indonesia untuk memimpin pembahasan isu-isu global saat ini, seperti cara mengembangkan infrastruktur, menjaga stabilitas sistem keuangan, mengatasi ketidaksetaraan, mengembangkan sumber daya manusia dan membuat kondisi keuangan yang baik untuk semua.
Terdapat forum bagi investor dan para pemimpin perdagangan dunia untuk mempelajari potensi unik Indonesia, pendekatan inovatifnya, peluang untuk berinvestasi dalam industri Indonesia, dan peluang bisnis yang ada.
Sebagai tuan rumah, Indonesia memperoleh beberapa manfaat antara lain transfer pengetahuan, investasi dan perdagangan, pariwisata, dan mengangkat kepemimpinan Indonesia ke forum-forum global lainnya.
Indonesia juga mendapat manfaat ekonomi jangka pendek dalam hal pendapatan devisa, sekitar Rp5,9 triliun selama acara berlangsung. Pertemuan tahunan IMF-WBG ini dikunjungi dan dihadiri oleh kurang lebih 34.000 orang yang sebagian besar berasal dari sektor swasta di bidang transportasi, penginapan, makanan dan minuman, belanja dan hiburan, termasuk wisata alam dan budaya.