Jakarta, Portonews.com – Kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga berdampak positif terhadap perdagangan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI, Jumat (18/5/2018), dibuka menguat sebesar 22,62 poin seiring dengan harapan pasar terhadap ekonomi nasional yang terjaga.
IHSG BEI dibuka menguat 22,62 poin atau 0,39 persen ke posisi 5.838,54. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 5,03 poin (0,54 persen) menjadi 931,93.
Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere di Jakarta, Jumat (18/5/2018), mengatakan IHSG menguat seiring harapan investor terhadap ekonomi nasional yang terjaga menyusul kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI 7-Day Repo Rate).
“Kebijakan itu ditempuh sebagai bagian dari bauran kebijakan BI untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian global,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pemerintah yang memastikan pengelolaan APBN 2018 masih tetap terkendali turut menjaga kepercayaan investor. Sektor penopang APBN masih terjaga, penerimaan perpajakan tumbuh dua digit, realisasi belanja meningkat dibandingkan tahun 2017 dan pembiayaan utang masih cukup terkendali.
Kendati demikian, lanjut dia, sentimen eksternal yang masih belum ada kepastian dapat menahan pergerakan IHSG. Faktor geopolitik tentang pertemuan AS-Korea Utara, pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok masih menjadi isu utama global saat ini.
Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei naik 60,64 poin (0,27 persen) ke 22.899,01, indeks Hang Seng melemah 17,10 poin (0,06 persen) ke 30.925,05, dan Straits Times melemah 13,31 poin (0,38 persen) ke posisi 3.523,45.
Tingkatkan Ekspor
Dibagian lain, pelemahan rupiah saat ini mampu meningkatkan kinerja ekspor di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) karena dipastikan nilainya meningkat. “Efek pelemahan nilai tukar rupiah akan memberikan pemasukan bagi pengekspor,” kata Deputi Direktur Bidang Advisory dan Pengembang Ekonomi Kantor Perwakilan BI Sulut MHA Ridhwan di Manado, Jumat (18/5/2018).
Secara nasional dari sisi harga, pelemahan nilai tukar rupiah berdampak pada peningkatan harga jual barang impor. “Sehingga, pelemahan rupiah ini perlu disikapi positif karena mampu meningkatkan devisa dan daya saing produk,” jelasnya.
Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada triwulan I 2018 dipicu penguatan dolar AS yang terjadi dalam skala global. Secara point-to-point, katanya, rupiah melemah sebesar 1,47 persen pada triwulan I 2018 dan 1,06 persen pada April Perkembangan nilai tukar rupiah masih terkendali ditopang oleh fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga dan langkah stabilisasi secara terukur yang ditempuh Bank Indonesia.
Langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di periode penyesuaian likuiditas global ini juga ditopang upaya mengoptimalkan instrumen operasi moneter untuk tetap menjaga ketersediaan likuditas. Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya, serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar keuangan. (ibnu/chk)