Jakarta, Portonews.com – Ketua Komisi VI DPR RI Teguh Juwarno mengapresiasi kinerja Direktur Utama Bulog yang baru yaitu Budi Waseso karena telah melihat ketidaksinkronan antara data beras di berbagai instansi pemerintahan.
“Budi Waseso dapat melihat bahwa terkait persoalan data beras, ternyata antarkementerian juga tidak sinkron,” kata Teguh Juwarno dalam rapat dengar pendapat di Gedung DPR, Jakarta, Senin (21/05/2018).
Menurut Teguh, hal itu selaras karena bila DPR meminta penjelasan kepada Menteri Perdagangan terkait impor beras, selalu dikatakan ada masalah dalam ketersediaan atau terjadi kelangkaan.
Namun di lain pihak, ujar dia, Menteri Pertanian mengatakan bahwa beras yang diproduksi di Indonesia sudah surplus bahkan bisa untuk diekspor ke negara lain.
Untuk itu, politisi Partai Amanat Nasional itu mengatakan bahwa pengakuan dari Dirut Bulog terkait ketidaksinkronan data beras merupakan hal yang penting.
Hal tersebut, lanjutnya, juga dapat menjadi sebuah landasan agar digelar rapat kerja gabungan antara Komisi VI DPR (membawahi perdagangan) dan Komisi IV DPR (membawahi pertanian).
Sementara itu, Dirut Bulog Budi Waseso menyatakan bahwa hingga hari ini masih belum bisa berpedoman kepada data yang ada karena berbagai data yang seharusnya menjadi patokan ternyata belum valid.
Sebelumnya, Dirut Bulog Budi Waseso memastikan ketersediaan beras di dalam negeri aman selama setidaknya hingga dua bulan ke depan.
“Yang pasti untuk dua bulan ke depan, (ketersediaan beras) sangat aman,” kata Budi Waseso di sela-sela acara pemusnahan narkoba sabu di Monumen Nasional, Jakarta, Jumat (4/5).
Budi mengatakan pihaknya akan membenahi sistem kerja Bulog yang belum optimal, termasuk mengidentifikasi apa yang menghambat termasuk pendistribusian beras hingga penyerapan di dalam negeri.
Selain itu, ujar dia, dalam upaya menekan harga beras agar murah hingga ke konsumen, pihaknya akan memangkas sejumlah tahapan distribusi beras.
“Akan memangkas birokrasi penyerapan karena (distribusi beras) dari tangan ke tangan dan seterusnya, sehingga sangat tinggi (harga jual di konsumen). Padahal di petani sangat murah. Jadi nanti kami akan membuat hubungan langsung ke petani sehingga harga tidak bisa dimainkan tengkulak,” katanya.
Terkait hal tersebut, Budi akan mengevaluasi sejumlah pihak yang menjadi mitra Bulog. Diakuinya, rantai distribusi beras dari petani hingga ke konsumen, cukup panjang sehingga berimplikasi dengan tingginya harga beras. (ant/ibnu/chk)