Jakarta, Portonews.com – Nilai tukar rupiah terus merosot. Jumat (31/9/2018) kemarin kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sangat melemah dibandingkan perdagangan sebelumnya di mana US$1 ditransaksikan pada Rp 14.725 di pasar spot. Sementara itu, harga jual dolar AS di salah satu bank nasional pun telah menembus di atas Rp 14.900/US$.
Menanggapi hal tersebut, Ketua BPP HIPMI (Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), Anggawira yang juga kader Partai Gerindra menyatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar saat ini bahaya dan dapat memicu terjadinya krisis moneter lagi.
“Kita tidak boleh menganggap enteng pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini yang menembus Rp 14.725 hampir mendekati Rp 15.000. Nanti jika pihak swasta yang meminjam anggaran negara dan pas jatuh tempo tak mampu bayar karena beratnya kurs. Ini sangat berisiko,” tutur Anggawira di Jakarta (31/8/2018).
Anggawira yang juga pengusaha ini pun menambahkan, pelemahan rupiah ini pun nantinya akan berimbas pada masyarakat. Ia rasa kekhawatiran masyarakat akan naiknya harga-harga bahan pokok tersebut dipicu oleh depresiasinya nilai tukar rupiah.
“Ya, saya khawatir. Namun, saya lebih mengkhawatirkan masyarakat kita karena harga-harga bahan pokok yang melambung tinggi ini dipicu oleh nilai tukar rupiah yang melemah,”katanya.
Lebih lanjut, Anggawira mengatakan pemerintah dengan tim ekonominya harus bisa menahan laju depresiasi rupiah sehingga persoalan tersebut segera terselesaikan.
“Ya, pemerintah harus benar-benar berpikir ekstra untuk mengatasi persoalan ini, saya lihat ini kan sepertinya kita tak ada daya. Seharusnya, pemerintah dan tim ekonominya memikirkan solusi agar bisa menahan laju depresiasi nilai tukar rupiah,” tutupnya.
Sebagai informasi, berdasarkan Data Yahoo Finance pukul 12.00 WIB di pasar spot exchange rupiah berada di level Rp 14.725 per dolar AS atau terdepresiasi 40 poin (0,27 persen) dibandingkan perdagangan sebelumnya Rp 14.685. Level ini adalah level terendah sejak awal tahun ini. Level terendah rupiah tercatat Rp 14.790 pada 20 September 2015. Melemahnya rupiah diakibatkan oleh sentimen perang dagang AS-Tiongkok, dan krisis ekonomi di Turki dan Argentina yang memberikan tekanan kepada negara berkembang dengan defisit neraca berjalan (current account deficit).
Lalu berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap euro menguat 0,03 persen ke Rp 17.174,97, rupiah terhadap pound sterling melemah 0,26 persen ke Rp 19.169, rupiah terhadap yen melemah 0,61 persen ke Rp 132,73, rupiah terhadap yuan menguat 0,03 persen ke 2.153,42, rupiah terhadap dolar Singapura menguat 0,15 persen ke Rp 10.756,47.
Kemudian berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada perdagangan hari ini berada di kurs tengah Rp 14.711 atau terdepresiasi 56 poin dari perdagangan sebelumnya Rp 14.655. Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.785 (kurs jual) dan Rp 14.637 (kurs beli). (chk)